Jumat, 30 Desember 2011

BELAJAR MENDENGARKAN

 Seharian aku berkutat dengan banyak pekerjaan, sehingga malam ini rasanya aku kepingin tidur lebih awal. Setelah menemani anak anak belajar, dan kulihat sikecil sudah terlelap tidur, aku coba untuk memejamkan mata ini. Aku masih teringat kejadian siang tadi di ruang BP, saat itu ada seorang wali murid yang marah-marah karena ulah anaknya yang kelewat batas. Orang tua (tempramentalnya keras) memarahi habis habisan aku, seakan akan dia tidak mau disalahkan atas permasalahan anaknya. Dia menganggap anaknya adalah kesalahan disekolah. Seharian aku mencoba menyelesaikan permasalahan itu, akhirnya…

Ternyata anaknyalah yang membuat laporan palsu ke orang tuanya, sebenarnya dialah yang bersalah. Setelah aku croscek dengan cowok teman sekelas yang dituduhkan oleh ayahnya, ternyata dia tidak tahu menahu atas kasus itu. Intinya cewek itu berbuat kelewat batas dengan orang lain, dan cowoknya dianggap sebagai pelakunya. Sore itu juga aku panggil orang tuanya dan aku jelaskan sejelas jelasnya. Akhirnya ia minta maaf atas kejadian tadi. Sungguh permasalahan yang menyita banyak pikiranku seharian ini. Dan kini aku ingin sekali istirahat. http://www.duniapenulis.com/cerpen-1112253-belajar_mendengarkan.html#.Tv1VtVZgJBs.............


SATE MLE and HONESTLY

Sate MLE: A learning model that emphasizes the cultivation of character values, during the learning process takes place, and emphasized the process of learnig community. The characters are developed is "honest, discipline, cooperation and work hard" as well as rights. 

Borrowing a term Pidarte (2005: 30), which states that the school as an institution educational institution in which many elements that involved like: learners, teachers, environment and curriculum all forming a system. Obviously, the opinion illustrates that educational components that form a unity in such a way that it always must be knit together with each other on an ongoing basis continuously. As a consequence of a system in learning activities in the education unit, if there is a specific component of the path is disturbed or other components which are also not running as it should. success of a Program can not walk by itself, but must be supported by other programs. So the success of learning in the classroom or the school can not stand alone, but need support in integrated from sub system. 

Class as Black Boxes (black box) education, in which runs the complex process of learning activities, ranging from the simple to the complex process. In principle, the teacher may choose, determine, and simplify a process that involves teaching methods, selection of materials, teaching materials, instructional media involves a chill up to achieve the goals set by educators.This is justified by educational experts who claim that none is believed to be the best method among the existing methods. Riyanto argues (2010: 101) says that teachers can pick and choose the methods to be used. Of opinion is clearly implied implicitly that actually confirms the absence of one of the most superior method of teaching methods that exist, but rather complement each other.

Sate MLE is a learning model was first developed in high school SMAN 2 Aikmel. By Akmaludin. This model has combined several methods of learning that exist in a learning activity. With  scratched into a single unit and dilak ground in a certain period of time can increase the learning achievement of learners and can instill character values: honesty, discipline, and cooperation. 

The results of method possible merger talks, question and answer, discussion, and peer tutors in MLE learning called Sate (Sate Multi Level Education) in the mean depth sebgai Learning. Called deep meaning because it uses a multi-level capabilities that combine tiers come from educators and learners in the learning process. Furthermore, in this case learners do not consider the object of an activity of learning but as a partner and subject be learning activities. 

Can we imagine the atmosphere of learning that will occur in class, if indeed we apply this learning model. This learning model, the character who first developed the "honest". Honest in the sense that during the learning process place a student: 1) telling the truth when he can or can not accept the explanation in the teacher, 2) feel under pressure or not depressed in the following learning, 3) are not happy in following senag learning, 4) task or tasks during the learning, 5) says satisfied or not satisfied in following lessons. 6) no cheating or plagiarism when it has followed the testIf a learner honestly that he has can or can not be explained from what we can imagine teacher classroom atmosphere. For example in the picture above there has been an atmosphere where the students have carried out a "character honesty is not mastred or mastred what is taught". In the picture a number of students seem to clump together or in groups, on one occasion but not the spectacle, it was actually the number of learners from a variety of seating looking for friends who had already mastered the subject matter. 

 Or participants who have mastered the material taught to find that most students can not, participants who have mastered will pass on what has been known to willingly with sincerity, and participants who have not mastered will ask to can with honesty. This condition continued until all the students to master what is taught teachers. Characteristics that many have not mastered the lesson of learning when students gathered in certain places as shown in the picture above, but instead when participants did not happen like in addition to means participants have mastered what the teachers.This condition is continuously monitored and assisted teachers to really seluru learners feel safe in pembelaajaran. If any students are still not willing to carry out the honesty of teachers continue to direct and provide guidance to learners really understand that honesty is important to be implemented.Honesty it would seem evident when the learner  exams or tests, if it has been embedded with both the learners will not give or accept any term during the exam.

If this condition occurs means the character has been successfully implanted, but if there is mutual giving and receiving an answer or when the exam or test means the cultivation of character values ​​of honesty must be repaired. It also skewers MLE is deep learning model that emphasizes the mastery learning learning is no exaggeration to say that during the application of the learning model of each student who has not mastered quickly find other students who can, to really master what learning teacher, until finally all or most of the participants have mastered the learning materials at the time. 

So the point is sate MLE learning model is a model of democratic learning method that combines lectures, question and answer, discussion and peer tutors implemented simultaneously in a certain learning period. Metodel is packaged in such a way that teachers, who are good learners, learners quite clever and less intelligent students work together hand in hand to master a certain subject. The emphasis on honesty, discipline, teamwork, work hard and uphold the rights human learners. Follow Vidio Sate MLE in learning in high school SMA 2 Aikmel

SATE MLE dan KEJUJURAN

Sate MLE: Sebuah model pembelajaran  yang menekankan pada penanaman nilai-nilai karakter, selama proses pembelajaran berlangsung, serta menenkankan  pada proses learnig community. Karakter yang dikembangkan   adalah   "jujur, disiplin, bekerjasama dan bekerja giat " serta hak asasi .

Meminjam istilah  Pidarte (2005 :30), yang menyebutkan bahwa sekolah sebagai suatu institusi lembaga pendidikan  di dalamnya banyak unsur-unsur yang telibat seperti: peserta didik, guru, lingkungan dan kurikulum  kesemuanya membentuk sebuah sistem.  Jelas sekali pendapat tersebut menggambarkan bahwa  komponen-komponen pendidikan itu  membentuk satu kesatuan sedemikian rupa sehingga senantiasa  harus saling rajut satu dengan lainya secara berkelanjutan  terus menerus.

Sebagai konsekwensi dari suatu sistem dalam kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan, jika ada komponen tertentu terganggu atau tak jalan tentu komponen yang lain juga tak berjalan sebagai mana mestinya. keberhasilan suatu programa tak dapat berjalan dengan sendirinya , melainkan harus didukung oleh program yang lainnya. Jadi keberhasilan pembelajaran di kelas atau sekolah  tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif dari sub sistem tersebut.

Kelas sebagai  Black box (kotak hitam) pendidikan, di dalamnya berjalan   proses kompleks kegiatan pembelajaran, mulai dari proses yang sederhana hingga proses yang kompleks . Pada prinsipnya guru dapat memilih, menentukan, serta menyederhanakan suatu proses yang melibatkan metode pembelajaran , pemilihan materi, bahan ajar, melibatkan media pembelajaran yang dinginkan hingga tercapai tujuan yang ditetapkan pendidik .

Hal ini dibenarkan oleh para ahli pendidikan yang menyatakan bahwa tidak ada satupun  metode yang diyakini paling baik diantara metode yang ada.     Riyanto berpendapat ( 2010: 101) mengatakan bahwa  guru dapat memilih dan menentukan metode yang akan digunakan.  Dari pendapat tersebut jelas tersirat secara implisit bahwa sesungguhnya menegaskan belum adanya satu metode yang paling unggul dari metode pembelajaran yang  ada, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

 SATE MLE  adalah  suatu model pembelajaran yang dikembangkan pertama kali di SMA N 2 Aikmel .oleh Akmaludin. Model ini telah menggabungkan beberapa metode pembelajaran yang ada dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dengan mengga    bungkan  menjadi satu kesatuan  dan dilak sanakan dalam satu kurun waktu tertentu diduga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan dapat menanamkan nilai karakter: jujur, disiplin,dan  kerjasama.

Hasil penggabungan  motode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan tutor sebaya dalam pembelajaran   disebut SATE MLE ( Sate Multi Level Education) di artikan sebgai Pembelajaran mendalam . Disebut mendalam  karena menggunakan multi level artinya menggabungkan tingkatan kemampuan yang berasal darai pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dalam hal ini peserta didik tidak anggap obyek dari suatu kegiatan pembelajaran namun diijadikan sebagai mitra dan subyek kegiatan pembelajaran.

Dapat kita bayangkan suasan pembelajaran yang akan terjadi dalam kelas, jika memang benar-benar kita terapkan model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ini,  karakter yang pertama kali dikembangkan adalah "jujur"  . Jujur dalam arti selama proses pembelajaran berlangsung  seorang siswa:  1)  berkata jujur kalau ia sudah bisa atau tidak bisa dalam menerima penjelasan guru, 2) merasa mendapat tekanan atau tidak tertekan dalam mengikuti pembelajaran, 3)  merasa senang tidak senag dalam mengikuti pembelajaran, 4)  mengerjakan tugas atau tidak mengerjakan tugas selama mengikuti pembelajaran, 5) mengatakan puas atau tidak puas dalam mengikuti pembelajaran. 6) tidak mencontek atau mencontek ketika telah mengikuti ujian

Jika seorang  peserta didik jujur bahwa ia telah bisa atau tidak bisa dari apa yang dijelaskan guru kita dapat membayangnkan suasana kelas. Misalnya pada  gambar di atas  telah terjadi suasana dimana peserta didik telah melaksanakan suatu "karakter kejujuran sudah menguasaia atau belum menguasaia materi yang diajarkan".  Dalam gambar tersebut sejumlah peserta didik sepertinya mengumpul atau berkelompok, pada suatu acara tontonan padahal tidak demikian, kejadian sesungguhnya adalah sejumlah peserta didik dari berbagai tempat duduk mencari kawannya yang sudah lebih dulu menguasai  materi pelajaran.

Atau peserta yang sudah menguasai materi ajar mencari peserta didik yang kebanyakan belum bisa, peserta yang sudah menguasai akan menularkan apa yang telah diketahui dengan suka rela dengan ikhlas, dan peserta yang belum menguasai akan bertanya kaepada yang bisa dengan penuh kejujuran. Kondisi ini terus berjalan hingga semua peserta didik  menguasai apa yang diajarkan guru. Ciri bahwa pembelajaran banyak yang  belum menguasai pembelajaran apabila peserta didik mengumpul di beberapa tempat tertentu seperti tampak pada gambar di atas, tetapi sebaliknya manakala peserta tidak terjadi seperti di samping berarti peserta telah menguasai apa yang disampaikan guru. 


Kondisi ini terus dipantau dan didampingi guru hingga benar-benar seluru peserta didik merasa aman dalam pembelaajaran. Jika ada peserta didik yang masih belum mau untuk melaksanakan kejujuran maka guru terus mengarahkan dan memberikan bimbingan hingga peserta didik benar-benar memahami kejujuran itu  memang penting untuk dilaksanakan. 

Kejujuran itu akan nampak jelas ketika peserta didik melaksakan ujian atau ulangan, jika telah tertanam dengan  baik maka peserta didik tak akan ada istilah memberi atau menerima selama ujian berlangsung.  Jika kondisi ini  terjadi berarti karakter telah berhasil ditanamkan, tetapi jika masih ada yang saling memberi dan atau menerima jawaban ketika ujian atau ulangan berarti penanaman nilai karrakter kejujuran harus diperbaikai.
 
Selain itu juga SATE MLE adalah model pembelajaran mendalam yang menekankan pada pembelajaran mastery learning  Tidaklah berlebihan dikatakan bahwa selama penerapan pembelajaran model tersebut  setiap siswa yang belum menguasai dengan segera mencari siswa lainya yang sudah bisa, hingga benar-benar menguasai apa yang dijarkan guru, hingga akhirnya seluruh atau sebagaian besar dari peserta telah menguasai  materi pembelajaran saat itu. 

Jadi intinya adalah  Model pembelajaran SATE MLE adalah sebuah model pembelajaran demokratis yang menggabungkan  metode ceramah, tanya jawab, diskusi serta tutor sebaya dilaksanakan secara  bersamaan dalam kurun waktu pembelajaran tertentu. Metodel ini dikemas sedemikian rupa sehingga  guru, peserta didik yang pandai, peserta didik cukup pandai dan peserta didik kurang pandai bekerja bersama- sama saling bahu membahu untuk menguasai pokok bahasan tertentu .yang menekankan pada kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, bekerja giat dan menjunjung tinggi hak asasi peserta didik. Ikuti Belajar Saling Berterima

Selasa, 27 Desember 2011

Black Box of Education

If we compare the education of an airplane's black box seemed to have in class. It is very complex problems experienced by our education ranging from simple to complex.Various suggestions, guidance, advice and other similar words, in order to direct any person to keep doing and act honestly (Siddiq). Looks like a lot of examples that we can make reference to how we apply the importance of honesty. The word honest it is not foreign to us but sometimes he sacrificed and exchanged with the reverse in the interest of the offender to something that is temporary and superficial.As an illustration of what is said above, in education for example, there are learners do not force yourself to be honest through the activities of cheating, just expect a good value that it can not necessarily afford him, even though activity has been known to cheat it is not true. Furthermore, there are learners do not dare say he does not understand the teacher's explanations, just as shy as his friend, did not dare say he could be just as ashamed of other people, do not dare say "forgive me father I have not been able to" please help me only, because of inadequate as his friend, did not dare look at her friend for fear of tau will could not be said and others.Because of the shame that haunted them then, as sometimes there is a path completion to take shortcuts by swapping the right thing by the act that is not true. Uncontested by us that the person acted honestly would behave more polite, daring to say what it is, does not have a psychology and other expenses.If someone does dishonesty only justification for a moment, that is not necessarily justified by others, would have given the space on her behavior, which was originally occupied by the positive behaviors and replaced by the behavior of his opponent. Replacement behaviors such as: the existence of guilt, self-deception, deceiving others, providing false data and did not dare to say what it is and others. If the behavior is really happening in our students we can say that it is very expensive at the price of dishonesty that until we traded good becomes bad, swapping a sense of security becomes insecure, confident swapping becomes insecure, a health exchange unhealthy, self-exchange rates with the answer that is not necessarily true and others.Dishonest behavior displayed by some students certainly do not stand alone. There are other things that accompany that activity of for example; of educators when the invigilator, sometimes not oversee the participant's test but keep an eye on the school grounds. Tau learners eg cheating allowed to make mistakes as if do not know. Besides, if there are students educators sometimes get low marks directing or aiming error was all  to students, rarely directs that mistake yourself. A wise educator will say "excuse me son you have not been able to deliver lessons to master the father yau", although in essence we would say learn even harder. Beside that excessive fear of some educators that learners' inability worrying too much, so was forced to step in helping the proper to finishing learners.If our learners are not able to treat the disease is not honest (Siddiq) is certainly very difficult to achieve planting the nation's character and national character that exists only in imagination only or even the existence of the paper only. Follow the next publication sate MLE and honesty.

Selasa, 13 Desember 2011

Kotak Hitam Pendidikan

Jika saja kita memisalkan pendidikan itu sebuah pesawat  terbang sepertinya kotak hitam itu ada di kelas. Sungguh sangat kompleks permasalahan yang dialami oleh dunia pendidikan kita mulai dari yang sederhana hingga yang rumit.

Berbagai saran, arahan, petuah dan lain yang sejenis dengan kata tersebut, guna mengarahkan  setiap orang untuk tetap berbuat dan bertindak jujur (siddiq). Sepertinya banyak contoh yang dapat kita jadikan rujukan akan betapa  pentingya kita menerapkan kejujuran itu. Kata jujur itu sudah tidak asing bagi kita tetapi terkadang dia dikorbankan  dan ditukar dengan  kebalikannya demi kepentingan pelaku untuk sesuatu yang bersifat sementara dan semu.

Sebagai ilustrasi dari apa yang di ungkap di atas, dalam dunia pendidikan  misalnya, ada  peserta didik memaksa diri untuk berbuat tidak jujur lewat kegiatan mencontek, hanya mengharafkan nilai baik yang belum tentu itu dapat diraihnya, padahal  kegiatan mencontek itu telah diketahui tidak benar. Selanjutnya ada peserta didik tidak berani mengatakan dirinya belum mengerti  dari penjelasan guru, hanya karena malu sama temannya, tidak berani mengatakan dirinya bisa hanya karena malu pada orang lain, tidak berani mengatakan "maafkan saya bapak saya belum bisa" tolong bantu saya hanya, karena minder sama temannya, tidak berani mencari tau pada temannya  lantaran takut nanti dikatakan tidak bisa dan lalinnya.

Karena rasa malu yang menghantui mereka maka, sebagai jalan penyelesainnya terkadang ada yang  mengambil jalan pintas  dengan menukar perbuatan yang benar oleh perbuatan yang tidak benar.    Tidak terbantahkan oleh kita bahwa orang yang bertindak jujur akan berberilaku lebih santun, berani berkata apa adanya,tidak memiliki beban mental, kata para muballig, kiyai, tuan guru, pendeta, uskup, pedande, bante dan  juga tersebar di buku agama, buku pelajaran, buku psikologi dan lainya.

Jika seseorang  melakukan  ketidakjujuran hanya untuk memperoleh pembenaran sesaat, yang belum tentu dapat dibenarkan oleh orang lain, tentu telah memberi ruang prilaku tersebut pada dirinya, yang sedianya telah terisi oleh perilaku positip dan diganti oleh prilaku lawannya. Prilaku yang pengganti  seperti: adanya perasaan bersalah, membohongi diri sendiri, membohongi  orang lain, memberikan data palsu dan tidak berani  berkata apa adanya dan lainnya.  Jika  perilaku itu  benar-benar terjadi pada anak didik kita dapat kita katakan bahwa  sungguh sangat mahal sekali harga ketidak jujuran itu samapai sampai kita menukar yang baik menjadi tidak baik, menukar rasa aman menjadi tidak aman, menukar percaya diri menjadi tidak percaya diri, menukar kesehatan menjadai tidak sehat, menukar harga diri dengan jawaban yang belum tentu benar dan lainnya.

Perilaku ketidakjujuran yang ditampilkan oleh sebagian peserta didik tentu tidak berdiri sendiri. Ada hal lain yang ikut mendampingi kegitan itu misalnya; dari pendidik ketika  menjadi pengawas ujian, terkadang bukan mengawasi peserta yang sedang ujian tetapi  mengawasi halaman sekolah. Tau peserta didik melakukan kesalahan  umpamanya mencontek  dibiarkan seolah-olah tidak tau.  Disamping itu jika  ada  peserta didik mendapatkan nilai rendah  terkadang pendidik mengarahkan atau membidikkan kesalahan itu seppenuhnya kepada peserta didik,jarang sekali mengarahkan kesalahan itu pada diri sendiri. Pendidik yang bijak akan  mengatakan "maafkan saya nak bapak belum mampu mengantarkan ananda untuk menguasai pelajaran bapak", meskipun pada intinya kita akan mengatakan belajar lebih giat lagi. Selain itu pula rasa ketakutan yang berlebihan dari beberapa pendidik yang menghawatirkan  ketidak mampuan peserta didik yang berlebihan, sehingga terpaksa turun tangan ikut membantu  yang  semestinya diselesain peserta didik.



Jika peserta didik tidak mampu kita obati dari penyakit   tidak jujur(siddiq) itu tentu sangat sulit  akan tercapainya penanaman karakter bangsa  dan karakter bangsa itu hanya ada di angan-angan saja atau bahkan adanya di kertas saja.  Ikuti publikasi berikutnya    SATE MLE dan kejujuran.






Minggu, 11 Desember 2011

Dokter dan Prawat ada di Kelas

 Oleh: Akmaludin M.Pd

Meminjam istilah " Mensana Engkor Presana",  lebih diartikan sebagai di dalam  badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat, begitulah pepatah yang sering terucap. Namun  kenyataanya tidaklah selamanya pepatah ini menunjukkan kebenaran.

Dalam dunia pendidikan sekarang ini umpamanya, berbagai penyakit yang sedang dialami peserta didik, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa semakin hari peserta didik menunjukkan angka kesehatan meningkat, hal ini dikatakan oleh mereka yang berkecimpung di dunia kesehatan. Bahkan pemerintah   NTB saat ini misalnya mencanangkan gerakan angka kemiskinan nol, angka kematian nol dan angka drop out nol dan lainnya, hal ini menunjukkan betapa angka kesehatan telah menjadi perioritas para pengambil kebijakan.

Program   semacam itu sepertinya  menjadi bagian dari pembenaran mensana engkor presana, untuk pendidikan, dengan mudahnya dijumpai  dalam kelas sejumlahk peserta didik kita yang bertubuh kekar, berbadan tegap, berparas gagah, tampan, cantik, molek, ayu dan  peredikat lainnya yang serupa. Tetapi  ada hal yang  kelihatannya terabaikan oleh penelisikan kita, mengenai penyakit yang  sedang menghantui peserta didik hampir di setiap sekolah di tanah air tercinta. .Penyaki yang dimaksud yaitu kurangnya rasa percaya diri dari peserta didik, yang setidaknya pengingkaran dari pepatah tersebut di atas.

Jika rasa percaya diri  dari setiap peserta didik tidak tertanam dengan kuat, akan berimbas pada perilaku, yang kurang  pas untuk dunia pendidikan  seperti: perilaku mencontek, saling memberi jawaban ketika ujian, saling memberi jawaban lewat sms, jawaban sudah benar tetapi dihapus, keraguan yang berlebihan atas ketidak mampuan menjawab soal, ketakutan yang tak beralasan atas ketidaklulusan dan lainya. Penyakit besar ini menjadi  menjadi  tugas pendidik tangani di zaman ini. Tentu tugas ini sangatlah berat dan memerlukan keteladanan juga karakter yang kuat dari seorang pendidik. Obat dari penyakit pendidikan di zaman sekarang ini tentu tak ada di toko obat,  tidak juga dapat diobati  oleh dokter peraktek maupun dokter spesiali, para petugas rumah sakit, petugas puskesmas, para dukun,  peramal  atupun paranormal tetapi obatnya ini ada di tangan para pendidik yang bijaksana.

Kini  resepnya sedang ditawarkan oleh menteri Pendidikan yang disebut dengan pendidikan berkarakter , sepertinya ada 18 nilai karakter yang ditawarkan sebagi suplemennya. Namun dalam dunia pendidikan Islam yang delapan belas itu terangkum menjadi empat yaiu: siddiq, amanah, tabliq, fathonah.  Meskipun mendikbut telah mencanagkan pendidikan berkarakter, tetapi masih banyak  pendidik yang merasa kesulitan untuk mencari model pembelajaran untuk mengobati penyakit yang saya sebutkan di atas.

Untuk kepentingan itu penulis menawarkan sebuah model Pembelajaran yang disebut SATE MLE  ( Multi Level Education).   Ikuti publikasi selanjutnya  kotak hitam pendidikan








Jumat, 09 Desember 2011

Tokoh Matematika yang dikagumi

Gajah mati meninggalkan belang, namun manusia mati meninggalakan istri,anak, harta... salah ya? mestinya meninggalkan nama. Beberapa tokoh matematika muslim yang pernah tenar siapa itu ikuti tautan berikut

Teori Contructivist

Kini pembelajaran menggunakan tiori kontruktivisme dikembangkan, demi kemajuan pendidikan dan profeionalisme guru untuk  mengembangkan itu perlu pondasi yang kuat

 CONSTRUKTIVIST“Constructivist theory posits that students make sense of the world by synthesizing new experiences into what they have previously understood. They form rules through reflection on their interaction with objects and ideas. When they encounter an object, idea or relationship that does not make sense to them, they either interpret what they see to conform to their rules or they adjust their rules to better account for the new information.” (Brooks & Brooks, 1993) ,

KONSTRUKTIVISME "Teori Konstruktivis berpendapat bahwa siswa memahami dunia dengan sintesis pengalaman baru ke dalam apa yang mereka sebelumnya telah dipahami. Mereka membentuk peraturan melalui refleksi tentang interaksi mereka dengan objek dan ide. Ketika mereka menemukan sebuah objek, ide atau hubungan yang tidak masuk akal bagi mereka, mereka juga menafsirkan apa yang mereka lihat untuk menyesuaikan dengan aturan mereka atau mereka menyesuaikan aturan mereka ke yang lebih baik untuk informasi yang baru "(Brooks & Brooks, 1993).
untuk memulai informasi baru.Silahkan klik   sebuah pondasi itu ikuti...

Soal Olimpiade, Soal UN

Kini ujian telah dekat. perlu perapan  yang cukup bagi peserta didik utamanya kelas XII SMA/MA/SMK agar tidak melakukan contek. Contek itu sepertinya menunjukkan peserta didik sedang sakit, sakit dari rasa tidak percaya diri. Untuk itu ikuti tautan berikut

Kamis, 08 Desember 2011

Asiknya belajar matematika pakai HP

Untuk menambah semaraknya kemajuan teknologi utamanya pembelajaran lewat dunia maya, setidaknya pendidik dapat meningkatkan profesionalismenya melalui pembuatan bahan ajar lewat Mobile. Pingin meningkatan profesionalisme diri ikuti tautan berikut

Matematic Game

permainan  sering mangasikkan , terkadang menghilangkan penat pingin ikuti permainan ini

Rabu, 07 Desember 2011

Dapatkah manusia bersayap

Dewasa ini,banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin katakan saja manusia bersayap, ikan indosiar dall, coba lihat disini

Dimana Pusat Matematika di Indonesia

Sebagai pusat pengembang matematika Asia Tenggara P4tkmatematika Yogyakarta sangat resfek terhadap pengembangan matematika di Indonesia. Pingin Infonya silahkan download disini

Matematika Asik Lewat HP

Kini pembelajaran Lewat Hp dapat dilakukan, Bulan Yang lalu kami dari Gerup MML ( Matematics Mobile Learning) mengadakan pelatihan di P4tkmatematika di Yogyakarta. hasilnya sangat memuaskan namun kalau berminat silahkan Downlod disini  

Model Pembelajaran Berkarakter

Pendidikan dan pengajaran yang  kita terapkan sekarang ini  hampir semuanya memacu anak bagai mana caranya mendapatkan nilai yang bagus (nilai diatas 70 sampai 100), namun jarang sekali diantara kita dari komunitas para pendidik yang mengarahkan peserta didik bagai mana harus menguasai  apa yang sedang diajarkan kepada peserta didik. Apakah itu sebabnya banyak diantara anak didik kita yang meskipun dia menguasai apa yang kita ajarkan namun tidak percaya diri, jika demikian adanya berarti anak-anak kita perlu disembuhkan dari penyakit ini.  Penulis memberikan resep untuk itu bagai mana mengajar dengan SATE MLE download disini