Jumat, 08 April 2011

Inovasi Pembelajaran


INOVASI  STRATEGI  PEMBELAJARAN  DENGAN  MICROSOFT  EXEL  UNTUK  MENYUSUN  PERSAMAAN  LINIER  DALAM MENINGKATKAN  AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR

Oleh;

Akmaludin  S.Pd.,M.Pd*

ABSTRAK : Inovatif ini dilator belakangi oleh berbagai kesulitan belajar peserta didik serta kesulitan pendidik dalam membantu peserta didik terutama dalam penyususnan kembali persamaan linier bila data-lebih dari dua titik. Untuk mmemecahkan permaslahan itu tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerapkan excel inovatip strategi pembelajaran dan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar speserta didik. Adapun hasil kegiatan ini didapat peningkatan aktivitas  peserta didik sebesar 68% dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 78%  Kegiatan  ini melibatkan 40 orang peserta didik yang dilaksanakan berdarkan SK pembagian Tugas Tp 20092010. Pengumpula Data dilakukan dengan pengamatan, foto-foto kegiatan, kejadian dan komentar dari subyek  yang diteliti serta tes hasil belajar peserta didik  selama 4jam pelajaran dalam 1 KD. Hasil yang diperoleh terdapat penngkatan aktivitas, dan prestasi belajar peserta didik yang cukup signifikan sehingga kegitann ini layak untuk dikaji dan dijadikan sebagai strategi  pembelajaran matematika.



Kata Kunci: Exce,Aktivitas dan Prestasi belajar Peserta didik

Berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan mulai dibentuknya  Rintisan Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Setandar Nasional,  Rintisan  Sekolah Berstandar Internasional, Sekolah Model Pendidikan Berbasis Keungulan Lokal (PBKL) dan lainya.  SMA N 2 Aikmel merupakan salah satu sekolah kategori PBKL di NTB. Akibat diterapkanya PBKL disekolah ini pasilitas sekolah bidang TIK cukup memadai, kemampuan peserta didik juga cukup memamadai. Namun selama ini sering terdengar keluhan banyak pihak, setidaknya dilihat dari banyaknya peserta didik yang tidak lulus Ujian Nasional  Suruji (Radar: 13  Februari 2010)
Banyaknya peserta yang tidak lulus ujian bukan semata-mata akibat ketidak mampuan peserta didik namun belum maksimalnya upaya guru untuk membantu peserta dalam penerapan rumus-rumus dalam kegiatan yang bermakna, menyenagkan  dengan melibatkan TIK  turut menjadi penyebab lainya. Padahal pembangkitan aktivitas dan bagaimana mengaplikasikan rumus-rumus dengan melibatkan TIK dalam kegiatan ilmiah tertentu merupakan sesuatu kegiatan yang  penting juga menyenangkan bagi peserta didik.
Bardasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk menerapkan penggunaan Microsoft Office Exel  sebagai salah satu strategi pengajaran persamaan linier dalam kegiatan  pembelajaran, yang diyakini dapat meningkatkan  Partisispasi,Kreativitas  dan prestasi belajar peserta didik kelas X di SMA 2 Aikmel Lombok Timur, sehingga mereka lebih  terampil    memecahkan masalah, cermat menganalisis data, berpikir secara logis
   Bentuk umum Persamaaan linier adalah y = ax + b dengan a adalah gradien garis y = ax + b, dan b adalah konstanta  Sembiring( 2003, 35) selanjutnya dikatakan. disebut persamaan linier karena derajat x adalah satu.   Untuk menggambar garis   y = ax + b pada  koordinat kartesius terlebih dahulu dicari titik potong pada sumbu x dan titik potong pada sumbu y (Soedjadi: 1987, 45).
Berdasarkan ketentuan di atas  akan dipilih dua titik sembarang yaitu titik A dan B.  Pandang garis y = ax + b, untuk x = 0 maka diperoleh y = 0 maka ditulis A(0,b) sedangkan untuk  y = 0 maka diperleh  x = -b / a  lihat gambar 1. dengan demikian garis y = ax + b dapat dilukis  sebagai berikut





Kamis, 07 April 2011

PENERAPAN METODE SATE MLE UNTUK MENINGKATKAN ELABORASI, KEJUJURAN, KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMA

ARTIKEL

PENERAPAN METODE SATE MLE UNTUK MENINGKATKAN  ELABORASI, KEJUJURAN, KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMA NEGERI 2 AIKMEL TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Oleh;

Akmaludin  S.Pd.,M.Pd*


ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai kesulitan belajar siswa serta rendahnya tingkat elaborasi, kejujuran, kedisipilinan dan prestasi  belajar siswa kelas XII IPA dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mmemecahkan permaslahan itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam menerapkan Penerapan Metode SATE MLE Untuk Meningkatkan  Elaborasi, Kejujuran, Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Matematika di SMA Negeri 2 Aikmel Tahun Pelajaran 2010/2011 di SMA Negeri 2 Aikmel dapat meningkat. Penelitian ini melibatkan 42 orang siswa yang dilaksanakan berdarkan SK pembagian Tugas Tp 2009/2010. Pengumpula Data dilakukan dengan pengamatan, foto-foto kegiatan, kejadian dan komentar dari subyek  yang diteliti (catatan anekdot) serta tes hasil belajar siswa  sebanyak dua siklus. Hasil yang diperoleh terdapat peningkatan angka elaborasi (13,5)%, angka Kejujuran (31,48), Kedisiplinan(26,48)% dan prestasi belajar siswa (26,48)% angka ini sangat signifikan sehingga hasil penelitian ini layak untuk dikaji dan dijadikan sebagai alternative pembelajaran matematika.



Kata Kunci: Elaborasi, kejujuran,kedisplinan, prestasi   dan Sate MLE

            Sekolah sebagai suatu institusi lembaga pendidikan  di dalamnya banyak unsur-unsur yang telibat seperti: peserta didik, guru, lingkungan dan kurikulum Pidarte dalam Akmaludin (2009 : 1). Sebagai suatu sistem dalam kegiatan pembelajaran, di dalamnya terintegrasi komponen peserta didik, pengajar, kurikulum dan metode pembelajaran, sarana dan prasarana, alokasi waktu, sumber-sumber pembelajaran dan lainnya. Keberhasilan untuk mewujudkan  tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif dari sub sistem tersebut.
Pandangan dunia Internasional saat ini terhadap pendidikan di Negara Repulik Indonesia, dipandang masih ketinggalan bila dibandingkan dengan negar lain,  bahkan menempati urutan ke 39 dari 41 negara yang disurvei. Penelitian ini dilakukan oleh  lembaga  Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 (Suyanto, 2010: 17). Dilain pihak prestasi belajar sekelompok peserta didik  masih belum mampu mengangkat citra pendidikan di tanah air, karena  sedemikian besarnya jumlah peserta didik yang putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tidak lulus UN  termasuk  pendidikan di  Lombok Timur masih ketinggalan bila dibandingkan dengan daerah lain di wilayah  Nusa Tenggara  Barat.
Rendahnya angka ketuntasan belajar yang dicapai siswa atau banyaknya peserta yang belum memenuhi target angka ketuntasan, bukan disebabkan semata-mata  siswa mengalami kesulitan belajar, tetapi juga ada permasalahan lain  yaitu kurangnya  elaborasi, kejujuran, dan kedisiplinan dari peserta didik  dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu meskipun selama ini guru telah mengenal berbagai tiori dan metode pembelajran, namun  masih dirasakan minimnya upaya guru untuk membantu peserta didik  yang mengalami kesulitan belajar, keterampilan guru dalam penerapan metode pembelajaran belum maksimal turut menjadi penyebab lainya.  Padahal hal yang disebut di atas merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah  bila tidak diupayakan perbaikan mutu proses pembelajaran dengan melibatkan hal-hal yang terkait dengan elaborasi, kejujuran, disiplin serta perbaikan metode pembelajaran tentu prestasi belajar siswa menjadi lebih tidak baik  dan boleh jadi  kondisis kelas XII IPA semakin terpuruk. 
Pemilihan metode yang akan digunakan guru sangatlah tergantung dari kemampuan, latar belakang pendidikan, serta pengalaman yang dimilikinya. Pemilihan metode ini menurut Pidarta (2005 : 135)  hendaknya disesuaikan dengan  materi, tujuan dan ketersediaan sarana sekolah. Senada dengan itu  Hudoyo (2000; 75) dikatakan bahwa kehasan mata pelajaran turut mendukung pemilihan metode mengajar oleh guru. Hal ini dapat diterima bahwa dengan pemilihan metode yang tepat akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tentunya terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik sehingga terwujud elaborasi yang tinggi dan berkualitas antara peserta didik dengan guru. Elaborasi adalah proses saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, tentu sangat diharapkan oleh duni pendidikan dewasa ini. Senada  dengan itu Bashor (2000: 98) mengatakan bahwa intraksi belajar mengajar disekolah, merupakan interaksi yang berencana dapat berlangung di dalam kelas, laboraturium, lapangan olah raga, di pentas kesenan dan lainya. Hal ini dapat diterima bahwa  peran peserta didik dan guru dalam membangun interaksinya  sangat ditentukan oleh pemilihan metode yang dipilih guru.
            Terkait dengan model pemblajaran SATE MLE  adalah  suatu model pembelajaran yang dilhami oleh  QS( al Al-Ashr, 103:  1- 3 )   yang artinya  ”Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.  Selanjutnya Abdullah ( 2006; 536) dijelaskan bahwa Allah memberikan pengecualian  dari kerugian itu bagi orang- orang yang beriman dan beramal shalih  melalui anggota tubuhnya serta mewujutkan suatu bentuk  ketaatan dan meninggalkan suatu yang diharamkan, juga bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada oarang-orang yang menengakkan amar makruf nahi mungkar
Selain itu juga SATE MLE adalah model pembelajaran mendalam yang menekankan pada pembelajaran mastery learning hal ini tidaklah berlebihan bahwa selama penerapan pembelajaran model tersebut  setiap orang berkepentingan unruk meraih keberuntungan.  Metode SATE MLE adalah metode pembelajaran demokratis yang menggabungkan  metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelompok serta tutor sebaya dilaksanakan secara  bersamaan dalam kurun waktu pembelajaran tertentu. Metode ini dikemas sedemikian rupa sehingga  guru, peserta didik yang pandai, peserta didik cukup pandai dan peserta didik kurang pandai bekerja bersama- sama saling bahu membahu untuk menguasai pokok bahasan tertentu yang menekankan pada kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, bekerja giat dan menjunjung tinggi hak asasi peserta didik.
Dipihak lain   pembelajaran melalui SATE MLE setidaknya  melibatkan  tiga komponen utama pembelajaran efektif yaitu; 1) Konstruktivisme (Constructivism), konstruktivisme merupakan pengetahuan yang dibangun oleh manusia melalui proses sedikit demi sedikit melalui kontek terbatas. Pengetahuan dikonstruksi melalui pengalaman nyata yang ada di lapangan, hal ini dapat diperoleh melalui berbagai aktivitas dan kreativitas peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Tak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi krativitas peserta didik semakin tinggi pengetahuan yang dibangun yang diperoleh dari pengalaman belajar mereka 2) Bertanya (Question) Pengetahuan yang dimiliki peserta didik dimulai dari keingin tahuan sehingga ia bertanya. Aktivitas dan kreativitas dan partisipasi (keterlibatan) peserta didik dan kemampuan bertanya  dapat dinikmati pada saat kegiatan diskusi, bekerja dalam kelompok, melalui kesulitan, mengamati dan lainnya, 3) Menemukan (Inquiry) Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus merencanakan dan mengacu pada kegiatan menemukan untuk berbagi materi yang diajarkan Clifford dan Wildson (2000 : 234).
Dari pandangan diatas dapatlah diterima bahwa Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam hal ini  kelompok kecil yaitu anggota kelas berusaha mengkontruksi pengetahuan yang dimilikinya  sebelum, selama (saat kegiatan berlangsung) dan setelah proses belajar mengajar, sehinggga pesan yang disampaikan guru akan menjadi milik peserta didik secara  baik.  Atau lebih tajam dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini berorientasi pada Center Learning Student                   ( pembelajaran berpusat pada kegiatan peserta didik)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini  melibatkan 40  orang siswa kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari  9  laki dan 31 wanita. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus.  Untuk memecahkan permasalahan dilakukan serangkaian tindakan dalam bentuk siklus-siklus, sebanyak 2 siklus diagram berikut
Adapum Pengumpulan delakukan dengan tiga cara : 1)  lewat pengamatan ditujukan untuk memperoleh data penelitian terpokus pada hasil amatan., foto kegiatan/kejadian, filem,  dan komentar  pelaku atau subyek penelitian yang mencakup  beberapa komponen yaitu komponen kemandirian, komponen keterlibatan siswa dengan  tiga tahapan masing-masing: a) pengamatan deskriftif dimaksudkan untuk mengeksplorasi data secara umum, b)  pengamatan  terfokus dimaksudkan untuk menganalisis data keterlibatan secara mendalam dan c)  pengamtan terseleksi dimaksudkan untuk menunjang analisis komponensial,  2) tes langsung yang berupa soal  pilihan ganda yang terdiri 40 soal  dengan lima aitem pilihan dan, 3). catatan anekdot peserta didik, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dari subyek yang diteliti atas jalannya proses pembelajaran, melalui penerapan metode SATE

Analisis data diawali dengan uji persyaratan analisis  yaitu uji validitas. Uji ini sangat diperlukan untuk suatu penelitian tindakan kelas  dalam penelitian ini menggunakan  validitas demokratik, hasil, proses, dan katalitik.  Adapun Validitas Demokratik Sumarsish Madya dalam Akmaludin (2010)  berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan  berbagai   suara  antara  guru   dan murid-murid. Dengan demikian analisis demokratis ini dimaksudkan untuk menganalisis  berbagai keterangan dari siswa  dengan teknik  masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang  dipikirkan  dan  dirasakan  serta  dialaminya  selama  penelitian  berlangsung.
Sedangkan         validitas hasil  mengandung konsep bahwa tindakan kelas akankah membawa hasil  atau tidak.  Jadi dalam tulisan hasil  yang  yang diharafkan  tidak  hanya melibatkan  solusi  masalah penelian yang terfokus pada keterlibatan, kemandirian dan prestasi belajar siswa  tetapi  juga  memanfaatkan kembalai  kembali  masalah  ke  dalam  suatu kerangka baru sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru.
Semantara validitas  Katalitik  dalam penelitian ini terkait  dengan  kadar  pemahaman  yang dimiliki peneliti (Sumarsih Widya 2009). Jada dalam analisis validitas kaltalitik ini peneliti menganalisis  capaian  realitas kehidupan kelas saat penelitian berlangsung dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman peneliti dan murid-murid terhadap peran masing-masing  serta  tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini. Dilain pihak   validitas tes dalam penelitian ini menggunakan  validitas teman sejawat yakni guru mata pelajaran sejenis (MGMP Mata pelajaran).
Adapun teknik pengujian data dilakukan  dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilaksanakan secara terus menerus, sejak melakukan kegiatan penelitian di kelas XII IPA dari awal kegiatan pembelajaran hingga  akhir kegiatan, begitu data terkumpul langsung dianalisis agar diperoleh kejelasan setiap siklus. Adapun kegitan yang dilakukan peneliti dalam analisis data dimulai darai pengecekan keabsahan data   melalui credibility dan dependability. Credibility  dimaksudkan adalah  data dan informasi yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa hasil penelitian ini dapat dipercaya oleh para pembaca dan dapat diterima oleh orang-orang (responden) yang memberikan informasi yang dikumpulkan selama informasi berlagsung (Ryanto : 2009).   Oleh karena itu agar diperolah Credibility yang tinggi peneliti harus tinggal di tempat penelitian yang cukup lama. Dengan demikian sesuai anjuran diatas peneliti memfokuskan diri pada kelas XII IPA dengan tujuan agar dapat menumbuhkan kepercayaan dari subjek yang di teliti, dapat memahami kompleksitas subyek, tersusun laporan penelitian, dan dilakukan secara intensif .
               Sedangkan Dependabilitas adalah kriteria untuk meneliti kualitas proses penelitian apakah bermutu atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa penelitian dapat dipertahankan ialah dengan audit dependabilitas oleh auditor independent guna mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti. Untuk mengecek apakah hasil penelitian ini bermutu atau tidak, peneliti berhati-hati untuk tidak berbuat kesalahan dalam hal : 1) mengkonsepsualisasikan rencana penelitian, (2) mengumpulkan data, (3) menginterpretasikan data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu laporan penelitian. Adapun bahan-bahan yang diaudit antara lain berupa buku catatan, elaborasi, kedisiplinan, kejujuraran  serta prestasi belajar siswa  atau informasi dari teman sejawat, arsip-arsip serta laporan penelitian yang telah dibuat peneliti. Untuk memenuhi penelusuran atau pelacakan audit ini, peneliti melakukannya dengan menyiapkan bahan-bahan berupa data mentah (catatan), dan foto kegiatan, filem dan hasil analisis data .
Untuk kegitan analisis berikunya data  peneliti memproses data penelitian mulai beberapa tahapan: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan. Reduksi di maksudkan bila data yang diperoleh di setiap siklus perlu direduksi berupa, dirangkum, dipilah-pilah, disederhanakan dan diambil hal-hal yang penting serta dicari polanya. Dalam mereduksi data hasil penelitian dilakukan secara sistematis melalui observasi langsung , selanjutnya dilakukan klasifikasi  data sesuai dengan topik dan fokus penelitian yang meliputi data elaborasi, kejujuran, kedisiplinan,  sehingga dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian. Dalam mereduksi data  peneliti secara terus menerus melihat tingkat elaborasi, kejujuran dan kedisiplinan berupa: gerakan anggota tubuh, kata-kata/ucapan dari peserta didik selama mengikuti ketiatan pembelajaran disetiap siklus.
Sementara  analisis data kuantitatif meliputi: Mengecek nama dan kelengkapann identitas pengisi jawaban dimaksudkan untuk  keperluan pengolahan data lebih lanjut. Mengecek kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data.  Sedangkan tabulasi meliputi: tabulasi data dalam bentuk tabel  sehingga memudahkan dalam pembacaan hasil, penyimpulan data,dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya Analisis data  tertumpu pada kegiatan analisis deskriftif.
Analisis Deskriptif adalah dimaksudkan untuk menyajikan data dari setiap variabel dalam besaran-besaran  statistik deskrifif, yang meliputi nilai rata-rata (mean). ( Sutrisno Hadi : 2008)

Untuk memecahkan masalah penelitian peneliti menggunakan tahapan   4 tahapan dengan 2 siklus
Gambar 1: Model Tindakan Kelas dari Kemmis ( Arikunto: 2008:8)


Perencanaan 
Adapun kegiatan dalam perencanaan adalah :1) Penetapan Jadwal  Pelaksanaan   Penelitian,  2) Penetapan instrumen penelitian, 3) Mensosialisaikan   model pembelajaran  SATE MLE pada peserta didik  kelas XII IPA pada pertemuan pertama, 4) Penetapatan   indikator kejujuran yang  akan ditampilkan oleh peserta didik dalam kegiatan  pembelajaran, 5) Penetapatan   indikator tampilan kedisisplinan  yang  akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kegiatan  pembelajaran, 6) Penetapan model elaborasi yang akan dilakukan peserta didik   selama pembelajaran, 7) penetapan model konfirmasi yang akan dilakukan  guru dan peserta didik, 8) Penetapan  peknik  penelian  pada pemebelajaran SATE MLE  atas kesepakan antara peneliti dengan peserta didik, 9) Penetapkan  teknik pengumpulan data penelitian

Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan adalah: 1) Pengecekan keterlaksanaan penelitian, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, 2) Pengecekan kecocokan instrumen yang digunakan dalam penelitian dan apakah berfungsi  atau tidak, 3) Pengecekan tingkat respon  peserta didik  atas Penerapan SATE MLE, 4) Pengecekan tingkat keterlaksanaan penampilan  kejujuran peserta didik selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan atau tidak, 5) Pengecekan tingkat penampilan  kedisiplinan   peserta didik selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan atau tidak, 6) Pengecekan tingkat ketrlaksanaan  elaborasi  antara peserta didik lainya selama pembelajaran berlangsung serta antara peserta didik dengan peneliti, 7) Pengecekan tingkat keterlaksanaan  konfirmasi  yang ditampilkan peserta didik dan atau peneliti atas jalanya pembelajaran, 8) Pengeckan keterlaksanaan teknik penilaian yang telah ditetapkan apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak, 9) Peneliti mengumpulkan  keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik dan peneliti sendiri

Pengamatan
Kegiatan peneliti dalam pengamatan adalah: 1) Megamati  keterlaksanaan penelitian pelaksanaan selama proses siklus I,  apakah berjalan cukup lancar, serta mencari faktor-faktor penghambatnya jika ada, 2) Menganalisis kecocokan instrumen  penelitian selama proses siklus I,  apakah cukup valid, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 3) Menganalisis respon peserta didik  atas pelaksanaan Model  pemblajaran  SATE MLE  penelitian selama proses siklus I,  apakah cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 4) Mengamati  dan menganalisis tampilan kejujuran yang dilakukan peserta didik selama siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 5) Mengamati dan meganalisis  tampilan kedisiplinan yang dilakukan peserta didik selam siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 6) Mengamati  dan menganalisis proses elaborasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari factor-faktor penghambatnya, 7) Mengamati  dan menganalisis proses konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari factor-faktor penghambatnya, 8)  menganalisiss  keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus I, apakah berjalan cukup baik , serta mencari fackor-faktor penghambatnya, 9) Menganalisis  hasil keseluruhan pengumpulan data   pada  siklus I, apakah hasilya  cukup baik, serta mencari faktor- faktor penghambatnya.

Refleksi 
Kegiatan-kegiatan dalam refleksi yaitu: 1) Peneliti  mengkaji  secara seksama terhadap fokus penelitian (elaborasi,  kejujuran, kesisiplinan, elabotrasi, dan konfirmasi ) yang ditampilkan peserta didik selama siklus I lewat  catatan anekdot, foto kegitan dan file pembelajaran, 2) Meminta  guru bidang studi  Agama Islam, Guru BK ,  untuk mengakaji dan memberikan masukan setelah diputakan filem pembelajaran pada siklus I,  untuk dijadika rekomndasi penelitian berikutnya, 3) meminta bantuan   siswa untuk mengkaji proses pembelajaran melalui pengamatan filem pembelajaran siklus I dan foto-foto kegiatan, 4) meminta bantuan peserta didik  melalui catatan anekdot tentang kelebihan dan kekurangan model SATE MLE pada siklus I untuk dijadika rekomndasi penelitian berikutnya






PEMBAHASAN

A.     Penjelasan  Persiklus

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa siklus pertama    dilaksanakan  melalui empat tahapan  yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan  refleksi. Tahap perencanaan peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran SATE MLE. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1.            Siklus  Pertama 
Pada siklus ini dimulai dari perencanaan, pada tahap ini peneliti  telah berbuat seperti: penetapan jadwal penelitian, penetapan instrumen, sosialisasi Model SATE MLE, penetapan indikator kejuran, indikator kedisiplinan, sosialisasi teknik elaborasi, sosialisasi teknik konfirmasi yang akan ditampilkan peserta didik, penetapan teknik  peniaian serta penetapan teknik pengumpulan data SATE MLE 
Langkah selanjutnya  melaksanakan tindakan, pada tahap ini peneliti telah melaksanakan program pembelajaran yang telah disusun. Selama  kegiatan pembelajaran berlangsung dalam tahapan ini peneliti telah melakukan pengecekan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan selama penerapan  SATE MLE, selain itu juga melakukan pengumpulan data lewat foto kegiatan, filem pembelajaran, catatan anekdot dan wawancara.  .
 Kegiatan  pembelajaran terfokus pada KD 1 sampai KD 3 dengan 40 aiteman tes yang dijadikan sebagai instrumen pengukuran prestasi hasil belajar.  Pada tahapan ini pula peneliti terlibat langsung  dalam kegiatan pembelajaran seperti memberi contoh dan memberi penugasan pada peserta didik serta secara langsung membantu peserta didik  yang tengah mengalami kesulitan belajar.  Selain itu  peneliti mengarahkan bagaimana teknik elaborasi  yang tepat, bagai mana  seorang harus jujur, disiplin  dalam belajar 
Tahapan Observasi peneliti melakukan observasi ( mengamati ) dan menganalisis data  terfokus pada  unsur keterlaksanaan  penelitian yaitu keterlibatan peserta dalam elaborasi, kejujuran dan kedisiplinan serta observasi rangkian situasi pembelajaran secara mendalam  Pada  tahapan ini peneliti tengah mengobservasi kebenaran hasil latihan yang dikerjakan peserta didik  sambil mengobservasi kegiatan masing-masing indvidu yang terfokus pada fokus penelitian.  Tetapi perlu dicatat bahwa pada tahap ini peneliti tidak dapat menginterensi  situasi pembelajaran, peneliti menempatkan diri sebagai pendamping.
Sedangkan  tahap refleksi peneliti telah memulai menganalis temuan - temuan yang berupa kelemahan: perangkat pembelajaran, alat dan bahan, instrumen/ soal ulangan harian siklus I  serta  menganalisis metode yang diterapkan guru/ peneliti. Dilain fihak kelemahan serta kebaikan yang di perlihatkan peserta didik selama penerapan metode  SATE MLE juga menjadiperhatian peneliti, selain itu peneliti  meminta bantuan guru lain, kepala sekolah dan peserta didik  untuk bersama-sama mengungkapkan kelebihan dan kekeurangan SATE MLE sambil memberikan rekomendasi atas keterlaksanaan siklus I untuk perbaikan  siklus  berikutnya.
2.            Siklus ke-dua
Pada  siklus ini  juga menggunakan empat tahapan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.  Tahap perencanaan  bertitik tolak dari hasil yang diperoleh dari keseluruhan siklus pertama yang berupa kelebihan dan kerurangan. Adapun kelebihan pada siklus satu dipaparkan terlebih dahulu kepada peserta didik untuk  dipertahankan bila perlu ditingkatkan sementara kekuranganya   menjadi perhatian guru.  Pada tahap ini peneliti telah menetapatan   indikator kejujuran , disisplin,  model konfirmasi dan menetapan model elaborasi yang  akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kegiatan  pembelajaran pada siklus II. Yang dilaksanakan mulai 28 September 2010 sampai dengan 23 Desember 2010
Selanjutnya  tahapan pelaksanaan peneliti menyampaikan pembelajaran  serta pemberian contoh dikuti dengan latihan soal  yang telah ditentukan. Kegiatan ini melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya  terfocus pada  KD 4 sampai dengan KD 6  dengan 40 aiteman tes yang dijadikan sebagai instrumen pengukuran prestasi hasil belajar.  Kegiatan ini  peneliti mulai mengumpulkan  data  dilakukan melalui: Foto kegiatan, catatan anekdot, filem pembelajaran dan pengamatan terfokus, serta wawancara, pengecekan kesesuaian antara perencanaan  dengan pelaksanaan.
Selain itu  peserta  didik  yang satu melaksanaan  elaborasi  antara peserta didik lainya,  Guru dan peserta didik melakukan   konfirmasi  atas jalanya pembelajaran, peserta didik menampilan  kejujuran,  kedisiplinan selama pembelajaran berlangsung,  peserta didik menciptakan situasi pembelajaran yang kondusip, peneliti mengumpulkan  keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik. Keterlibatan langsung  peneliti dalam kegiatan pembelajaran, membantu peserta didik yang tengah mengalami kesulitan belajar juga menjadi perhatian yang utama.
Sedangakan pada tahap  observasi  peneliti malakukan: 1)  mengamati dan menganaisis  hasil pengumpulan data   melalui: Foto kegiatan, catatan anekdot, filem pembelajaran dan pengamatan terfokus  selama siklus II, 2) megamati  dan menganalisis pelaksanaan elaborasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus II,  apakah ada peningkatan mejadi sangat lancar , 3) mengamati proses konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus II, apakah ada peningkatanmenjadi  amat baik , 4) mengamati tampilan kejujuran yang dilakukan peserta didik selama siklus II, apakah ada peningkatan mejadi amat baik , 5) mengamati  tampilan kedisiplinan yang dilakukan peserta didik selam siklus II, apakah ada peningkatan mejadi amat baik,  6) mengamati situasi proses tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus II, apakah berjalan  sangat kondusip, dan 7) mengamati  keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus II, apakah ada peningkatan .   Tetapi perlu dicatat bahwa pada tahap ini peneliti tidak dapat menginterensi  situasi pembelajaran, peneliti menempatkan diri sebagai pendamping.
Sementara   tahap refleksi peneliti telah memulai : 1)  Menganalis secara seksama terhadap aspek (elaborasi,  kejujuran, kesisiplinan, elabotrasi, dan konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama siklus II lewat foto kegitan dan file pembelajaran , 2) Meminta   guru BK  dan kepala sekolah untuk mengakaji dan memberikan masukan setelah diputakan filem pembelajaranpada siklus II, 3) Meminta bantuan   peserta didik untuk mengkaji proses pembelajaran melalui pengamatan filem pembelajaran siklus II , 4) Meminta bantuan peserta didik  melalui catatan anekdot tentang kelebihan dan kekurangan model SATE MLE pada siklus II, dan 5) Memberikan rekomendasi hasil pada siklus II. Dalam kegiatan ini pula peneliti mulai membandingkan hasil yang diperoleh dari siklus pertama dengan siklus kedua  dari keseluruhan asfek focus penelitian sabagai bahan rekomendasi.

B.     Data Penelitian  Elaborasi, Kejujuran dan Kedisiplinan

Untuk mempermudah pembacaan,  data hasil  penelitian disajikan dalam matrik berikut



A.       Ketercapain Elaborasi, Kejujuran , Kedisiplinan  dan Prestasi peserta didik

Siklus ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Juli sampai dengan tanggan 26 September  2010 pada prinsipnya   keterlaksanaan penelitian pelaksanaan selama proses siklus I, telah  berjalan ” cukup lancar”, namun pada tahap ini masih ditemukan  6 orang  peserta didik yang memberikan komentar metode ini cukup baik hal ini dapat diterima bahwa: 1)  pada tahap ini atau siklus I peserta didik  belum terbiasa dengan pelaksanaan metode SATE MLE,  2)  peneliti belum  terbiasa melaksanakan pembelajaran ini ( metode ini baru pertama kali) diterapkan di dunia pendidikan, 3)  penerapan metode ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, 4)  perhatian yang serius dari  seorang pendidik 5) membutuhkan  komitmen yang kuat dalam pelaksanaanya. Sedangkan pada siklus  II pelaksanaan metode ini berjalan ”sangat lancar” sehingga tidak ditemukan hambatan yang begitu berarti, hal ini dapat diterima bahwa antara peneliti dan peserta didik telah dapat saling berterima dalam penerapan metode tersebut, seperti yang di perlihatkan pada gambar berikut.


Berdasatkan tabel  1 data diatas  mengenai data elaborasi pada siklus I peserta didik masih masih ditemukan ada 6 orang dari 40 (15% ) peserta didik yang  melakukannya dengan  cukup baik, 22 orang ( 55 %) dengan baik serta 14 orang ( 34 % ) melaksanakan elaborasi dengan amat baik. Sedangkan pada siklus II  telah ditemukan kemajuan   bahwa   peserta didik yang melakukan elaborasi kategori cukup ada 2 orang dari 40 (0.05%), kategori baik ada 16 (0,38%)  dan  kategori amat baik ada  24( 58%)


Ini artinya ada  selisih  dan telah terjadi perubahan jumlah peserta didik yang menampilkan elaborasi kategori cukup mengalami pengurangan sebesar 10%,  sedangkan pada kategori baik mengalami pengurangan sebesar 17% sementara pada kategori  amat baik mengalami peningkatan  sebasra 24%  . Untuk lebih jelasnya  dapat dilihat  pata diagram berikut secara berurutan ditampilkan  pengubahan data menjadi diagram lingkaran yang dinyatakan dalam prosentase, perkembangan siklus I dan siklus II.
Dilain pihak  seluruh peserta didik (98 %) berpendapat bahwa  metode SATE MLE mampu membuat peserta didik untuk  : 1)  tidak adalagi peserta yang malu bertanya pada peserta didik lainya atau pendidik. 2) pembelajaran  benar-benar  demokratis, 3)  metode  itu sangat  menyenangkan, 4)  metode itu membuat  keadaan kelas  menjadi lebih hidup, 5)  metode itu sangat mengasikkan, 6)  membuat peserta didik menjadi lebih aktif, 7) membuat peserta didik menjadi lebih mengerti, 8) membuat peserta didik menjadi lebih mengerti arti sebuah persaudaraan, 9)  membuat peserta didik lebih terampil berbicara, 10) peserta didik lebih menghargai waktu.
Adapun mengenai  tampilan kejujuran pada siklus I oleh peserta didik berdasarkan tabel  1 diatas didaptkan gambaran bahwa  masih masih ditemukan ada  8  orang dari 42 (19 % ) peserta didik yang  menampilkan sikap kejujuran dengan  cukup baik, 27 orang menampilkan prilaku kejujuran ( 65 %) dengan baik serta 7 orang ( 17 % ) peseta didik menampilkan kejujran dengan amat baik.  Sedangkan pada  siklus II ditemukan bahwa ada   2  orang dari 40 (0,05 % ) peserta didik yang  menampilkan sikap kejujuran dengan  cukup baik, 14 orang menampilkan prilaku kejujuran ( 34 %) dengan baik serta 24 orang ( 62 % ) peseta didik menampilkan kejujran dengan amat baik. Ini berarti bahwa telah terjadi perubahan sikap ( Afeksi )  yang sangat signifikan pada siklus II tersebut




Indikator yang mengarah kapada kepada ketercapaian asfek kejuran yang ditampilkan oleh  peserta didik  adalah :  1) Mau berkata-kata dengan sebenarnya, 2) bersedia membantu peserta didik yang belum mampu dengan ikhlas, 3) bersedia  bertanya mengenai hal yang belum dikuasi dengan sebenarnya,  4) Pertanyaan  yang disampaikan   tidak menguji  kemampuan orang lain, 5) tidak  berpura- pura  mengenai sesuatu yang belum diketahuinya, 6) tidak berpura-pura tidak bisa mengenai sesuatu yan diketahuinya

Untuk memperkuat hasil penjabaran analisis data  peneliti menganalisis perolehan kejujuran yang ditampakkan oleh  peserta didik pengambilan data dilakukan dengan foto kegiatan dan filem pembelajaran serta pengamatan  terfokus hal ini dimaksudkan supaya hasil penelitian menjadi akurat.  Adapun  perolehan  data dapat dikategirikan berturut-turut cukup bagus, bagus dan sangat bagus.

Sedangkan tampilan disiplin yang diperlihatkan peserta didik berdsarkan tabel  1 diatas didaptkan gambaran bahwa    masih  ditemukan ada  8  orang dari 40 (19 % ) peserta didik yang  menampilkan sikap kedisiplinan dengan  cukup baik, 22  orang menampilkan disiplin ( 53 %) dengan baik serta 12 orang ( 24 % ) peseta didik menampilkan disiplin dengan amat baik



Selanjutnya pada siklus II diperoleh bahawa  ditemukan ada  2  orang dari 42 (0,05 % ) peserta didik yang  menampilkan sikap kedisiplinan dengan  cukup baik, 11  orang menampilkan disiplin ( 50,27 %) dengan baik serta 27 orang ( 69 % ) peseta didik menampilkan disiplin dengan amat baik. Ini berate bahwa telah terjadi penigkatan yang sangat baik.


A.       Ketercapain  Prestasi Peserta Didik


 Berdasatkan tabel  1 data diatas  mengenai data prestasi peserta didik masih masih ditemukan ada 9  orang dari 40 (22 % ) peserta didik yang  masih belum mencapai KKM, 19  orang melaksanakan elaborasi ( 48 %) yang mencapai KKM  serta 13 orang ( 31 % ) peseta didik mencapai lebih dari KKM yang telah ditentukan. Sedangkan pada siklus  II ditemukan ada 3  orang dari 40 (7 % ) peserta didik yang  masih belum mencapai KKM, 16  orang melaksanakan elaborasi ( 38 %) yang mencapai KKM  serta 23 orang ( 55 % ) peseta didik mencapai lebih dari KKM yang telah ditentukan.  Ini dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan yang signifikan  dengan rata-rata peningkatan sebesar 15%
Untuk mempermudah pembacaan data, maka data ditampilkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut

B.      Pengambilan Keputusan dan  Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian  disertai pemaparan data diatas secara umum bahwa penelitian SATE MLE  sudah berhasil secara umum pada siklus II, . Adapun kemajuan yang ditunjukkan peserta didik pada siklus kedua ini antara lain: 1)  peserta didik sudah  menunjukkan keterampilan yang sangat baik dalam melaksanakan model pembelaaran SATE MLE,  hal ini ditunjukan oleh kemampuan peserta didik dalam melaksanakan elaborasi yang sangat baik., 2) peserta didik telah melaksanakan konfirmasi dengan sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan tidak ditemukannya siswa  yang menyembunyikan ketidak mamuan atau menyembunyikan pengetahuan yang telah dikuasainya, 3) pertanyaan guru dan peserta didik lainnya sudah dapat direspon dengan baik oleh sebagian besar peserta didik, 4) bantuan yang diberikan kepada sesama kelompok dan di luar anggota kelompok telah  menunjukkan hasil yang sangat baik baik, 5) peserta didik yang mengusai pembelajaran telah mampu memberikan penjelasan kepada peserta didik lain dengan caranya sendiri, 6) suasana kelas menjadi hangat  dan demokratis, 7) kejuran yang ditampilkan oleh peserta didik sangat memuaskan peneliti, 8) kedisiplinan yang ditampilkan peserta didik sangat meuaskan, 9) prestasi yang dicapai peserta didik  cukup menggembirakan  peningkatannya bila dibandingkan dengan siklus sebelumnya
Bardasarkan keterangan  dan kemajuan diatas  bahwa penelitian ini  perlu ditindak lanjuti dengan rekomendasi sebagai  berikut:
A.     Ringkasan: Pembelajaran dilaksanakan  secara klasikal,  sampaikan meteri dengan metode ceramah, lelaborasikan secara maksimal   peserta didik, dan konfirmasikan jalanya pembelajaran   kepada peserta didik 
B.     Sasaran : Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, terlaksanaya moving pearson dalam kelas, terlakasanaya kejujuran diantara peserta didik,  terciptanya kedisiplinan  dalam pembelajaran, terciptanya  suasana pergaulan yang  harmonis dalam kelas
C.     Prosedur sebagai berikut : 1)  Seluruh peserta didik diberikan pembelajaran dengan metode   ceramah  maksimal 15’ tiap pertemuan, untuk tiap pertemuan @ 90’  2) Peserta didik diberi  contoh  1 atau 2 , 3) Temukan siswa yang telah menguasi  atau belum menguasi pembelajaran ( keterangan  pendidik)   melalui  konfirmasi, 4) Periksa jawaban peserta didik yang telah menguasai pembelajaran, 5) Ajak peserta didik untuk membantu peserta didik yang lainnya melalui kegiatan elaborasi dan  elaborasikan peserta didik dengan peserta didik lainya, dengan caranya sendidri., 6) Beri kesempatan peserta didik  untuk menjelaskan pengetahuan yang telah dikuasai kepada peserta lainya yang belum menguasai pembelajaran, 7) Konfirmasikan hasil pekerjaan peserta didik secara kelasikal  jika sudah   ≥ 98% peserta didik menguasai pembelajaran lanjutkan dengan materi berikutnya dan jika belum maka lakukan kegiatan elaborasi  berikutnya. , 8) Berikan penghargaan pada semua peserta didik atas pelaksanaan pembelajaran

SIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa:  1) Penerapan SATE MLE  dalam KBM khususnya di SMA 2 Aikmel kelas XII IPA angkatn tahun 2010/2011  dapat meningkatkan  rata-rata kegiatan elaborasi (13,5)%, kegiatan kejujuran dengan rata-rata (31,48)%, kegiatan kedisiplinan dapat meningkat dengan  rata-rata (26,48)%,  Penerapan SATE MLE dlam KBM khususnya di SMA 2 Aikmel kelas XII IPA angkatn tahun 2010/2011  dapat meningkatkan   prestasi  belajar peserta didik (26,48)%
Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Guru mata pelajaran matematika hendaknya dapat menerapkan perangkat serta sekenario pembelajaran dalm penerapan metode SATE MLE yang diyakini dapat meningkatkan kompetensi diri dalam pengembangan karir , 2) SMA Negeri 2 Aikmel  sebagai lembaga nstitusi pemerintah diharapkan metode ini perlu dikembangkan oleh guru lain sebagai alternatif dalam KBM demi terwujudnya mutu proses belajar mengajar  yang berkarakter, 3) Lembaga Diknas Kabupaten Lombok Timur  sebagai pihak yang berwenag dapat memperkenalkan metode ini kepada pihak lain di luar SMA Negeri 2 Aikmel. Hal ini penting untuk dilaksanakan dalam rangka mencari model pembelajaran yang tepat..

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , 2006, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Pustaka imam Asy- Syafii, Jakarta
Akmaludin, 2010, Dinamika Kelompok Sebagai Alternatif Pembelajaran untuk meningkatkan Kemendirian, Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika Kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Aikmel,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 4, Mataram
Akmaludin, 2010, Hubungan Ekspectancy, Valency dan Instrumental dengan Motivasi Kerja Guru SMP Kabupaten Lombok Timur th 2008,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 2, Mataram
Bashori, C, 2000.Organisasi Pusat Sumber Belajar. Jakarta : Nasional ISBN Agency.
Hudoyo, 2000 , Metode  Pembeljaran Matematika, Nasional ISBN Agency, Jakarta
Natta, Abuddin, 2003. Manajemen  Pendidikan . Prenada Meida , Jakarta
Pidarta, Made, 2005. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cpta.
Resmini 2010, Peran keluarga Terhadap Pengarug Budaya Asing di SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar Kabupaten  Lobar th 2008,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 2, Mataram
Riyanto, Yatim., 2006, Belajar dan Pembelajaran , SIC, Surabaya
Suyanto, 2010, Model Pembelajaran SIMAK, LPMP, Mataram