ARTIKEL
PENERAPAN METODE SATE MLE UNTUK MENINGKATKAN ELABORASI, KEJUJURAN, KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI SMA NEGERI 2 AIKMEL TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Oleh;
Akmaludin S.Pd.,M.Pd*
ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai kesulitan belajar siswa serta rendahnya tingkat elaborasi, kejujuran, kedisipilinan dan prestasi belajar siswa kelas XII IPA dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mmemecahkan permaslahan itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam menerapkan Penerapan Metode SATE MLE Untuk Meningkatkan Elaborasi, Kejujuran, Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Matematika di SMA Negeri 2 Aikmel Tahun Pelajaran 2010/2011 di SMA Negeri 2 Aikmel dapat meningkat. Penelitian ini melibatkan 42 orang siswa yang dilaksanakan berdarkan SK pembagian Tugas Tp 2009/2010. Pengumpula Data dilakukan dengan pengamatan, foto-foto kegiatan, kejadian dan komentar dari subyek yang diteliti (catatan anekdot) serta tes hasil belajar siswa sebanyak dua siklus. Hasil yang diperoleh terdapat peningkatan angka elaborasi (13,5)%, angka Kejujuran (31,48), Kedisiplinan(26,48)% dan prestasi belajar siswa (26,48)% angka ini sangat signifikan sehingga hasil penelitian ini layak untuk dikaji dan dijadikan sebagai alternative pembelajaran matematika.
Kata Kunci: Elaborasi, kejujuran,kedisplinan, prestasi dan Sate MLE
Sekolah sebagai suatu institusi lembaga pendidikan di dalamnya banyak unsur-unsur yang telibat seperti: peserta didik, guru, lingkungan dan kurikulum Pidarte dalam Akmaludin (2009 : 1). Sebagai suatu sistem dalam kegiatan pembelajaran, di dalamnya terintegrasi komponen peserta didik, pengajar, kurikulum dan metode pembelajaran, sarana dan prasarana, alokasi waktu, sumber-sumber pembelajaran dan lainnya. Keberhasilan untuk mewujudkan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif dari sub sistem tersebut.
Pandangan dunia Internasional saat ini terhadap pendidikan di Negara Repulik
Indonesia, dipandang masih ketinggalan bila dibandingkan dengan negar lain, bahkan menempati urutan ke 39 dari 41 negara yang disurvei. Penelitian ini dilakukan oleh lembaga
Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 (Suyanto, 2010: 17). Dilain pihak prestasi belajar sekelompok peserta didik masih belum mampu mengangkat citra pendidikan di tanah air, karena sedemikian besarnya jumlah peserta didik yang putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tidak lulus UN termasuk pendidikan di
Lombok Timur masih ketinggalan bila dibandingkan dengan daerah lain di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Rendahnya angka ketuntasan belajar yang dicapai siswa atau banyaknya peserta yang belum memenuhi target angka ketuntasan, bukan disebabkan semata-mata siswa mengalami kesulitan belajar, tetapi juga ada permasalahan lain yaitu kurangnya elaborasi, kejujuran, dan kedisiplinan dari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu meskipun selama ini guru telah mengenal berbagai tiori dan metode pembelajran, namun masih dirasakan minimnya upaya guru untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, keterampilan guru dalam penerapan metode pembelajaran belum maksimal turut menjadi penyebab lainya. Padahal hal yang disebut di atas merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah bila tidak diupayakan perbaikan mutu proses pembelajaran dengan melibatkan hal-hal yang terkait dengan elaborasi, kejujuran, disiplin serta perbaikan metode pembelajaran tentu prestasi belajar siswa menjadi lebih tidak baik dan boleh jadi kondisis kelas XII IPA semakin terpuruk.
Pemilihan metode yang akan digunakan guru sangatlah tergantung dari kemampuan, latar belakang pendidikan, serta pengalaman yang dimilikinya. Pemilihan metode ini menurut Pidarta (2005 : 135) hendaknya disesuaikan dengan materi, tujuan dan ketersediaan sarana sekolah. Senada dengan itu Hudoyo (2000; 75) dikatakan bahwa kehasan mata pelajaran turut mendukung pemilihan metode mengajar oleh guru. Hal ini dapat diterima bahwa dengan pemilihan metode yang tepat akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tentunya terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik sehingga terwujud elaborasi yang tinggi dan berkualitas antara peserta didik dengan guru. Elaborasi adalah proses saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, tentu sangat diharapkan oleh duni pendidikan dewasa ini. Senada dengan itu Bashor (2000: 98) mengatakan bahwa intraksi belajar mengajar disekolah, merupakan interaksi yang berencana dapat berlangung di dalam kelas, laboraturium, lapangan olah raga, di pentas kesenan dan lainya. Hal ini dapat diterima bahwa peran peserta didik dan guru dalam membangun interaksinya sangat ditentukan oleh pemilihan metode yang dipilih guru.
Terkait dengan model pemblajaran SATE MLE adalah suatu model pembelajaran yang dilhami oleh QS( al Al-Ashr, 103: 1- 3 ) yang artinya ”Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Selanjutnya Abdullah ( 2006; 536) dijelaskan bahwa Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang- orang yang beriman dan beramal shalih melalui anggota tubuhnya serta mewujutkan suatu bentuk ketaatan dan meninggalkan suatu yang diharamkan, juga bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada oarang-orang yang menengakkan amar makruf nahi mungkar
Selain itu juga SATE MLE adalah model pembelajaran mendalam yang menekankan pada pembelajaran mastery learning hal ini tidaklah berlebihan bahwa selama penerapan pembelajaran model tersebut setiap orang berkepentingan unruk meraih keberuntungan. Metode SATE MLE adalah metode pembelajaran demokratis yang menggabungkan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelompok serta tutor sebaya dilaksanakan secara bersamaan dalam kurun waktu pembelajaran tertentu. Metode ini dikemas sedemikian rupa sehingga guru, peserta didik yang pandai, peserta didik cukup pandai dan peserta didik kurang pandai bekerja bersama- sama saling bahu membahu untuk menguasai pokok bahasan tertentu yang menekankan pada kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, bekerja giat dan menjunjung tinggi hak asasi peserta didik.
Dipihak lain pembelajaran melalui SATE MLE setidaknya melibatkan tiga komponen utama pembelajaran efektif yaitu; 1) Konstruktivisme (Constructivism), konstruktivisme merupakan pengetahuan yang dibangun oleh manusia melalui proses sedikit demi sedikit melalui kontek terbatas. Pengetahuan dikonstruksi melalui pengalaman nyata yang ada di lapangan, hal ini dapat diperoleh melalui berbagai aktivitas dan kreativitas peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Tak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi krativitas peserta didik semakin tinggi pengetahuan yang dibangun yang diperoleh dari pengalaman belajar mereka 2) Bertanya (Question) Pengetahuan yang dimiliki peserta didik dimulai dari keingin tahuan sehingga ia bertanya. Aktivitas dan kreativitas dan partisipasi (keterlibatan) peserta didik dan kemampuan bertanya dapat dinikmati pada saat kegiatan diskusi, bekerja dalam kelompok, melalui kesulitan, mengamati dan lainnya, 3) Menemukan (Inquiry) Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus merencanakan dan mengacu pada kegiatan menemukan untuk berbagi materi yang diajarkan Clifford dan Wildson (2000 : 234).
Dari pandangan diatas dapatlah diterima bahwa Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam hal ini kelompok kecil yaitu anggota kelas berusaha mengkontruksi pengetahuan yang dimilikinya sebelum, selama (saat kegiatan berlangsung) dan setelah proses belajar mengajar, sehinggga pesan yang disampaikan guru akan menjadi milik peserta didik secara baik. Atau lebih tajam dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini berorientasi pada Center Learning Student ( pembelajaran berpusat pada kegiatan peserta didik).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 40 orang siswa kelas XII IPA tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 9 laki dan 31 wanita. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus. Untuk memecahkan permasalahan dilakukan serangkaian tindakan dalam bentuk siklus-siklus, sebanyak 2 siklus diagram berikut
Adapum Pengumpulan delakukan dengan tiga cara : 1) lewat pengamatan ditujukan untuk memperoleh data penelitian terpokus pada hasil amatan., foto kegiatan/kejadian, filem, dan komentar pelaku atau subyek penelitian yang mencakup beberapa komponen yaitu komponen kemandirian, komponen keterlibatan siswa dengan tiga tahapan masing-masing: a) pengamatan deskriftif dimaksudkan untuk mengeksplorasi data secara umum, b) pengamatan terfokus dimaksudkan untuk menganalisis data keterlibatan secara mendalam dan c) pengamtan terseleksi dimaksudkan untuk menunjang analisis komponensial, 2) tes langsung yang berupa soal pilihan ganda yang terdiri 40 soal dengan lima aitem pilihan dan, 3). catatan anekdot peserta didik, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dari subyek yang diteliti atas jalannya proses pembelajaran, melalui penerapan metode SATE
Analisis data diawali dengan uji persyaratan analisis yaitu uji validitas. Uji ini sangat diperlukan untuk suatu penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan validitas demokratik, hasil, proses, dan katalitik. Adapun Validitas Demokratik Sumarsish Madya dalam Akmaludin (2010) berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara antara guru dan murid-murid. Dengan demikian analisis demokratis ini dimaksudkan untuk menganalisis berbagai keterangan dari siswa dengan teknik masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung.
Sedangkan validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas akankah membawa hasil atau tidak. Jadi dalam tulisan hasil yang yang diharafkan tidak hanya melibatkan solusi masalah penelian yang terfokus pada keterlibatan, kemandirian dan prestasi belajar siswa tetapi juga memanfaatkan kembalai kembali masalah ke dalam suatu kerangka baru sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru.
Semantara validitas Katalitik dalam penelitian ini terkait dengan kadar pemahaman yang dimiliki peneliti (Sumarsih Widya 2009). Jada dalam analisis validitas kaltalitik ini peneliti menganalisis capaian realitas kehidupan kelas saat penelitian berlangsung dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman peneliti dan murid-murid terhadap peran masing-masing serta tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini. Dilain pihak validitas tes dalam penelitian ini menggunakan validitas teman sejawat yakni guru mata pelajaran sejenis (MGMP Mata pelajaran).
Adapun teknik pengujian data dilakukan dengan teknik kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilaksanakan secara terus menerus, sejak melakukan kegiatan penelitian di kelas XII IPA dari awal kegiatan pembelajaran hingga akhir kegiatan, begitu data terkumpul langsung dianalisis agar diperoleh kejelasan setiap siklus. Adapun kegitan yang dilakukan peneliti dalam analisis data dimulai darai pengecekan keabsahan data melalui credibility dan dependability. Credibility dimaksudkan adalah data dan informasi yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa hasil penelitian ini dapat dipercaya oleh para pembaca dan dapat diterima oleh orang-orang (responden) yang memberikan informasi yang dikumpulkan selama informasi berlagsung (Ryanto : 2009). Oleh karena itu agar diperolah Credibility yang tinggi peneliti harus tinggal di tempat penelitian yang cukup lama. Dengan demikian sesuai anjuran diatas peneliti memfokuskan diri pada kelas XII IPA dengan tujuan agar dapat menumbuhkan kepercayaan dari subjek yang di teliti, dapat memahami kompleksitas subyek, tersusun laporan penelitian, dan dilakukan secara intensif .
Sedangkan Dependabilitas adalah kriteria untuk meneliti kualitas proses penelitian apakah bermutu atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa penelitian dapat dipertahankan ialah dengan audit dependabilitas oleh auditor independent guna mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti. Untuk mengecek apakah hasil penelitian ini bermutu atau tidak, peneliti berhati-hati untuk tidak berbuat kesalahan dalam hal : 1) mengkonsepsualisasikan rencana penelitian, (2) mengumpulkan data, (3) menginterpretasikan data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu laporan penelitian. Adapun bahan-bahan yang diaudit antara lain berupa buku catatan, elaborasi, kedisiplinan, kejujuraran serta prestasi belajar siswa atau informasi dari teman sejawat, arsip-arsip serta laporan penelitian yang telah dibuat peneliti. Untuk memenuhi penelusuran atau pelacakan audit ini, peneliti melakukannya dengan menyiapkan bahan-bahan berupa data mentah (catatan), dan foto kegiatan, filem dan hasil analisis data .
Untuk kegitan analisis berikunya data peneliti memproses data penelitian mulai beberapa tahapan: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan. Reduksi di maksudkan bila data yang diperoleh di setiap siklus perlu direduksi berupa, dirangkum, dipilah-pilah, disederhanakan dan diambil hal-hal yang penting serta dicari polanya. Dalam mereduksi data hasil penelitian dilakukan secara sistematis melalui observasi langsung , selanjutnya dilakukan klasifikasi data sesuai dengan topik dan fokus penelitian yang meliputi data elaborasi, kejujuran, kedisiplinan, sehingga dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian. Dalam mereduksi data peneliti secara terus menerus melihat tingkat elaborasi, kejujuran dan kedisiplinan berupa: gerakan anggota tubuh, kata-kata/ucapan dari peserta didik selama mengikuti ketiatan pembelajaran disetiap siklus.
Sementara analisis data kuantitatif meliputi: Mengecek nama dan kelengkapann identitas pengisi jawaban dimaksudkan untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut. Mengecek kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data. Sedangkan tabulasi meliputi: tabulasi data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan dalam pembacaan hasil, penyimpulan data,dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya Analisis data tertumpu pada kegiatan analisis deskriftif.
Analisis Deskriptif adalah dimaksudkan untuk menyajikan data dari setiap variabel dalam besaran-besaran statistik deskrifif, yang meliputi nilai rata-rata (mean). ( Sutrisno Hadi : 2008)
Untuk memecahkan masalah penelitian peneliti menggunakan tahapan 4 tahapan dengan 2 siklus
Gambar 1: Model Tindakan Kelas dari Kemmis ( Arikunto: 2008:8)
Perencanaan
Adapun kegiatan dalam perencanaan adalah :1) Penetapan Jadwal Pelaksanaan Penelitian, 2) Penetapan instrumen penelitian, 3) Mensosialisaikan model pembelajaran SATE MLE pada peserta didik kelas XII IPA pada pertemuan pertama, 4) Penetapatan indikator kejujuran yang akan ditampilkan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, 5) Penetapatan indikator tampilan kedisisplinan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, 6) Penetapan model elaborasi yang akan dilakukan peserta didik selama pembelajaran, 7) penetapan model konfirmasi yang akan dilakukan guru dan peserta didik, 8) Penetapan peknik penelian pada pemebelajaran SATE MLE atas kesepakan antara peneliti dengan peserta didik, 9) Penetapkan teknik pengumpulan data penelitian
Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan adalah: 1) Pengecekan keterlaksanaan penelitian, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, 2) Pengecekan kecocokan instrumen yang digunakan dalam penelitian dan apakah berfungsi atau tidak, 3) Pengecekan tingkat respon peserta didik atas Penerapan SATE MLE, 4) Pengecekan tingkat keterlaksanaan penampilan kejujuran peserta didik selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan atau tidak, 5) Pengecekan tingkat penampilan kedisiplinan peserta didik selama pembelajaran berlangsung apakah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan atau tidak, 6) Pengecekan tingkat ketrlaksanaan elaborasi antara peserta didik lainya selama pembelajaran berlangsung serta antara peserta didik dengan peneliti, 7) Pengecekan tingkat keterlaksanaan konfirmasi yang ditampilkan peserta didik dan atau peneliti atas jalanya pembelajaran, 8) Pengeckan keterlaksanaan teknik penilaian yang telah ditetapkan apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak, 9) Peneliti mengumpulkan keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik dan peneliti sendiri
Pengamatan
Kegiatan peneliti dalam pengamatan adalah: 1) Megamati keterlaksanaan penelitian pelaksanaan selama proses siklus I, apakah berjalan cukup lancar, serta mencari faktor-faktor penghambatnya jika ada, 2) Menganalisis kecocokan instrumen penelitian selama proses siklus I, apakah cukup valid, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 3) Menganalisis respon peserta didik atas pelaksanaan Model pemblajaran SATE MLE penelitian selama proses siklus I, apakah cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 4) Mengamati dan menganalisis tampilan kejujuran yang dilakukan peserta didik selama siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 5) Mengamati dan meganalisis tampilan kedisiplinan yang dilakukan peserta didik selam siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari faktor-faktor penghambatnya, 6) Mengamati dan menganalisis proses elaborasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari factor-faktor penghambatnya, 7) Mengamati dan menganalisis proses konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus I, apakah berjalan cukup baik, serta mencari factor-faktor penghambatnya, 8) menganalisiss keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus I, apakah berjalan cukup baik , serta mencari fackor-faktor penghambatnya, 9) Menganalisis hasil keseluruhan pengumpulan data pada siklus I, apakah hasilya cukup baik, serta mencari faktor- faktor penghambatnya.
Refleksi
Kegiatan-kegiatan dalam refleksi yaitu: 1) Peneliti mengkaji secara seksama terhadap fokus penelitian (elaborasi, kejujuran, kesisiplinan, elabotrasi, dan konfirmasi ) yang ditampilkan peserta didik selama siklus I lewat catatan anekdot, foto kegitan dan file pembelajaran, 2) Meminta guru bidang studi Agama Islam, Guru BK , untuk mengakaji dan memberikan masukan setelah diputakan filem pembelajaran pada siklus I, untuk dijadika rekomndasi penelitian berikutnya, 3) meminta bantuan siswa untuk mengkaji proses pembelajaran melalui pengamatan filem pembelajaran siklus I dan foto-foto kegiatan, 4) meminta bantuan peserta didik melalui catatan anekdot tentang kelebihan dan kekurangan model SATE MLE pada siklus I untuk dijadika rekomndasi penelitian berikutnya
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Persiklus
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa siklus pertama dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahap perencanaan peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran SATE MLE. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
Pada siklus ini dimulai dari perencanaan, pada tahap ini peneliti telah berbuat seperti: penetapan jadwal penelitian, penetapan instrumen, sosialisasi Model SATE MLE, penetapan indikator kejuran, indikator kedisiplinan, sosialisasi teknik elaborasi, sosialisasi teknik konfirmasi yang akan ditampilkan peserta didik, penetapan teknik peniaian serta penetapan teknik pengumpulan data SATE MLE
Langkah selanjutnya melaksanakan tindakan, pada tahap ini peneliti telah melaksanakan program pembelajaran yang telah disusun. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dalam tahapan ini peneliti telah melakukan pengecekan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan selama penerapan SATE MLE, selain itu juga melakukan pengumpulan data lewat foto kegiatan, filem pembelajaran, catatan anekdot dan wawancara. .
Kegiatan pembelajaran terfokus pada KD 1 sampai KD 3 dengan 40 aiteman tes yang dijadikan sebagai instrumen pengukuran prestasi hasil belajar. Pada tahapan ini pula peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran seperti memberi contoh dan memberi penugasan pada peserta didik serta secara langsung membantu peserta didik yang tengah mengalami kesulitan belajar. Selain itu peneliti mengarahkan bagaimana teknik elaborasi yang tepat, bagai mana seorang harus jujur, disiplin dalam belajar
Tahapan Observasi peneliti melakukan observasi ( mengamati ) dan menganalisis data terfokus pada unsur keterlaksanaan penelitian yaitu keterlibatan peserta dalam elaborasi, kejujuran dan kedisiplinan serta observasi rangkian situasi pembelajaran secara mendalam Pada tahapan ini peneliti tengah mengobservasi kebenaran hasil latihan yang dikerjakan peserta didik sambil mengobservasi kegiatan masing-masing indvidu yang terfokus pada fokus penelitian. Tetapi perlu dicatat bahwa pada tahap ini peneliti tidak dapat menginterensi situasi pembelajaran, peneliti menempatkan diri sebagai pendamping.
Sedangkan tahap refleksi peneliti telah memulai menganalis temuan - temuan yang berupa kelemahan: perangkat pembelajaran, alat dan bahan, instrumen/ soal ulangan harian siklus I serta menganalisis metode yang diterapkan guru/ peneliti. Dilain fihak kelemahan serta kebaikan yang di perlihatkan peserta didik selama penerapan metode SATE MLE juga menjadiperhatian peneliti, selain itu peneliti meminta bantuan guru lain, kepala sekolah dan peserta didik untuk bersama-sama mengungkapkan kelebihan dan kekeurangan SATE MLE sambil memberikan rekomendasi atas keterlaksanaan siklus I untuk perbaikan siklus berikutnya.
2. Siklus ke-dua
Pada siklus ini juga menggunakan empat tahapan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahap perencanaan bertitik tolak dari hasil yang diperoleh dari keseluruhan siklus pertama yang berupa kelebihan dan kerurangan. Adapun kelebihan pada siklus satu dipaparkan terlebih dahulu kepada peserta didik untuk dipertahankan bila perlu ditingkatkan sementara kekuranganya menjadi perhatian guru. Pada tahap ini peneliti telah menetapatan indikator kejujuran , disisplin, model konfirmasi dan menetapan model elaborasi yang akan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II. Yang dilaksanakan mulai 28 September 2010 sampai dengan 23 Desember 2010
Selanjutnya tahapan pelaksanaan peneliti menyampaikan pembelajaran serta pemberian contoh dikuti dengan latihan soal yang telah ditentukan. Kegiatan ini melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya terfocus pada KD 4 sampai dengan KD 6 dengan 40 aiteman tes yang dijadikan sebagai instrumen pengukuran prestasi hasil belajar. Kegiatan ini peneliti mulai mengumpulkan data dilakukan melalui: Foto kegiatan, catatan anekdot, filem pembelajaran dan pengamatan terfokus, serta wawancara, pengecekan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.
Selain itu peserta didik yang satu melaksanaan elaborasi antara peserta didik lainya, Guru dan peserta didik melakukan konfirmasi atas jalanya pembelajaran, peserta didik menampilan kejujuran, kedisiplinan selama pembelajaran berlangsung, peserta didik menciptakan situasi pembelajaran yang kondusip, peneliti mengumpulkan keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik. Keterlibatan langsung peneliti dalam kegiatan pembelajaran, membantu peserta didik yang tengah mengalami kesulitan belajar juga menjadi perhatian yang utama.
Sedangakan pada tahap observasi peneliti malakukan: 1) mengamati dan menganaisis hasil pengumpulan data melalui: Foto kegiatan, catatan anekdot, filem pembelajaran dan pengamatan terfokus selama siklus II, 2) megamati dan menganalisis pelaksanaan elaborasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus II, apakah ada peningkatan mejadi sangat lancar , 3) mengamati proses konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama proses siklus II, apakah ada peningkatanmenjadi amat baik , 4) mengamati tampilan kejujuran yang dilakukan peserta didik selama siklus II, apakah ada peningkatan mejadi amat baik , 5) mengamati tampilan kedisiplinan yang dilakukan peserta didik selam siklus II, apakah ada peningkatan mejadi amat baik, 6) mengamati situasi proses tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus II, apakah berjalan sangat kondusip, dan 7) mengamati keseluruhan hasil dari tindakan yang ditampilkan peserta didik selama siklus II, apakah ada peningkatan . Tetapi perlu dicatat bahwa pada tahap ini peneliti tidak dapat menginterensi situasi pembelajaran, peneliti menempatkan diri sebagai pendamping.
Sementara tahap refleksi peneliti telah memulai : 1) Menganalis secara seksama terhadap aspek (elaborasi, kejujuran, kesisiplinan, elabotrasi, dan konfirmasi yang ditampilkan peserta didik selama siklus II lewat foto kegitan dan file pembelajaran , 2) Meminta guru BK dan kepala sekolah untuk mengakaji dan memberikan masukan setelah diputakan filem pembelajaranpada siklus II, 3) Meminta bantuan peserta didik untuk mengkaji proses pembelajaran melalui pengamatan filem pembelajaran siklus II , 4) Meminta bantuan peserta didik melalui catatan anekdot tentang kelebihan dan kekurangan model SATE MLE pada siklus II, dan 5) Memberikan rekomendasi hasil pada siklus II. Dalam kegiatan ini pula peneliti mulai membandingkan hasil yang diperoleh dari siklus pertama dengan siklus kedua dari keseluruhan asfek focus penelitian sabagai bahan rekomendasi.
B. Data Penelitian Elaborasi, Kejujuran dan Kedisiplinan
Untuk mempermudah pembacaan, data hasil penelitian disajikan dalam matrik berikut
A. Ketercapain Elaborasi, Kejujuran , Kedisiplinan dan Prestasi peserta didik
Siklus ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Juli sampai dengan tanggan 26 September 2010 pada prinsipnya keterlaksanaan penelitian pelaksanaan selama proses siklus I, telah berjalan ” cukup lancar”, namun pada tahap ini masih ditemukan 6 orang peserta didik yang memberikan komentar metode ini cukup baik hal ini dapat diterima bahwa: 1) pada tahap ini atau siklus I peserta didik belum terbiasa dengan pelaksanaan metode SATE MLE, 2) peneliti belum terbiasa melaksanakan pembelajaran ini ( metode ini baru pertama kali) diterapkan di dunia pendidikan, 3) penerapan metode ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, 4) perhatian yang serius dari seorang pendidik 5) membutuhkan komitmen yang kuat dalam pelaksanaanya. Sedangkan pada siklus II pelaksanaan metode ini berjalan ”sangat lancar” sehingga tidak ditemukan hambatan yang begitu berarti, hal ini dapat diterima bahwa antara peneliti dan peserta didik telah dapat saling berterima dalam penerapan metode tersebut, seperti yang di perlihatkan pada gambar berikut.
Berdasatkan tabel 1 data diatas mengenai data elaborasi pada siklus I peserta didik masih masih ditemukan ada 6 orang dari 40 (15% ) peserta didik yang melakukannya dengan cukup baik, 22 orang ( 55 %) dengan baik serta 14 orang ( 34 % ) melaksanakan elaborasi dengan amat baik. Sedangkan pada siklus II telah ditemukan kemajuan bahwa peserta didik yang melakukan elaborasi kategori cukup ada 2 orang dari 40 (0.05%), kategori baik ada 16 (0,38%) dan kategori amat baik ada 24( 58%)
Ini artinya ada selisih dan telah terjadi perubahan jumlah peserta didik yang menampilkan elaborasi kategori cukup mengalami pengurangan sebesar 10%, sedangkan pada kategori baik mengalami pengurangan sebesar 17% sementara pada kategori amat baik mengalami peningkatan sebasra 24% . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pata diagram berikut secara berurutan ditampilkan pengubahan data menjadi diagram lingkaran yang dinyatakan dalam prosentase, perkembangan siklus I dan siklus II.
Dilain pihak seluruh peserta didik (98 %) berpendapat bahwa metode SATE MLE mampu membuat peserta didik untuk : 1) tidak adalagi peserta yang malu bertanya pada peserta didik lainya atau pendidik. 2) pembelajaran benar-benar demokratis, 3) metode itu sangat menyenangkan, 4) metode itu membuat keadaan kelas menjadi lebih hidup, 5) metode itu sangat mengasikkan, 6) membuat peserta didik menjadi lebih aktif, 7) membuat peserta didik menjadi lebih mengerti, 8) membuat peserta didik menjadi lebih mengerti arti sebuah persaudaraan, 9) membuat peserta didik lebih terampil berbicara, 10) peserta didik lebih menghargai waktu.
Adapun mengenai tampilan kejujuran pada siklus I oleh peserta didik berdasarkan tabel 1 diatas didaptkan gambaran bahwa masih masih ditemukan ada 8 orang dari 42 (19 % ) peserta didik yang menampilkan sikap kejujuran dengan cukup baik, 27 orang menampilkan prilaku kejujuran ( 65 %) dengan baik serta 7 orang ( 17 % ) peseta didik menampilkan kejujran dengan amat baik. Sedangkan pada siklus II ditemukan bahwa ada 2 orang dari 40 (0,05 % ) peserta didik yang menampilkan sikap kejujuran dengan cukup baik, 14 orang menampilkan prilaku kejujuran ( 34 %) dengan baik serta 24 orang ( 62 % ) peseta didik menampilkan kejujran dengan amat baik. Ini berarti bahwa telah terjadi perubahan sikap ( Afeksi ) yang sangat signifikan pada siklus II tersebut
Indikator yang mengarah kapada kepada ketercapaian asfek kejuran yang ditampilkan oleh peserta didik adalah : 1) Mau berkata-kata dengan sebenarnya, 2) bersedia membantu peserta didik yang belum mampu dengan ikhlas, 3) bersedia bertanya mengenai hal yang belum dikuasi dengan sebenarnya, 4) Pertanyaan yang disampaikan tidak menguji kemampuan orang lain, 5) tidak berpura- pura mengenai sesuatu yang belum diketahuinya, 6) tidak berpura-pura tidak bisa mengenai sesuatu yan diketahuinya
Untuk memperkuat hasil penjabaran analisis data peneliti menganalisis perolehan kejujuran yang ditampakkan oleh peserta didik pengambilan data dilakukan dengan foto kegiatan dan filem pembelajaran serta pengamatan terfokus hal ini dimaksudkan supaya hasil penelitian menjadi akurat. Adapun perolehan data dapat dikategirikan berturut-turut cukup bagus, bagus dan sangat bagus.
Sedangkan tampilan disiplin yang diperlihatkan peserta didik berdsarkan tabel 1 diatas didaptkan gambaran bahwa masih ditemukan ada 8 orang dari 40 (19 % ) peserta didik yang menampilkan sikap kedisiplinan dengan cukup baik, 22 orang menampilkan disiplin ( 53 %) dengan baik serta 12 orang ( 24 % ) peseta didik menampilkan disiplin dengan amat baik
Selanjutnya pada siklus II diperoleh bahawa ditemukan ada 2 orang dari 42 (0,05 % ) peserta didik yang menampilkan sikap kedisiplinan dengan cukup baik, 11 orang menampilkan disiplin ( 50,27 %) dengan baik serta 27 orang ( 69 % ) peseta didik menampilkan disiplin dengan amat baik. Ini berate bahwa telah terjadi penigkatan yang sangat baik.
A. Ketercapain Prestasi Peserta Didik
Berdasatkan tabel 1 data diatas mengenai data prestasi peserta didik masih masih ditemukan ada 9 orang dari 40 (22 % ) peserta didik yang masih belum mencapai KKM, 19 orang melaksanakan elaborasi ( 48 %) yang mencapai KKM serta 13 orang ( 31 % ) peseta didik mencapai lebih dari KKM yang telah ditentukan. Sedangkan pada siklus II ditemukan ada 3 orang dari 40 (7 % ) peserta didik yang masih belum mencapai KKM, 16 orang melaksanakan elaborasi ( 38 %) yang mencapai KKM serta 23 orang ( 55 % ) peseta didik mencapai lebih dari KKM yang telah ditentukan. Ini dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan yang signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar 15%
Untuk mempermudah pembacaan data, maka data ditampilkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut
B. Pengambilan Keputusan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian disertai pemaparan data diatas secara umum bahwa penelitian SATE MLE sudah berhasil secara umum pada siklus II, . Adapun kemajuan yang ditunjukkan peserta didik pada siklus kedua ini antara lain: 1) peserta didik sudah menunjukkan keterampilan yang sangat baik dalam melaksanakan model pembelaaran SATE MLE, hal ini ditunjukan oleh kemampuan peserta didik dalam melaksanakan elaborasi yang sangat baik., 2) peserta didik telah melaksanakan konfirmasi dengan sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan tidak ditemukannya siswa yang menyembunyikan ketidak mamuan atau menyembunyikan pengetahuan yang telah dikuasainya, 3) pertanyaan guru dan peserta didik lainnya sudah dapat direspon dengan baik oleh sebagian besar peserta didik, 4) bantuan yang diberikan kepada sesama kelompok dan di luar anggota kelompok telah menunjukkan hasil yang sangat baik baik, 5) peserta didik yang mengusai pembelajaran telah mampu memberikan penjelasan kepada peserta didik lain dengan caranya sendiri, 6) suasana kelas menjadi hangat dan demokratis, 7) kejuran yang ditampilkan oleh peserta didik sangat memuaskan peneliti, 8) kedisiplinan yang ditampilkan peserta didik sangat meuaskan, 9) prestasi yang dicapai peserta didik cukup menggembirakan peningkatannya bila dibandingkan dengan siklus sebelumnya
Bardasarkan keterangan dan kemajuan diatas bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan rekomendasi sebagai berikut:
A. Ringkasan: Pembelajaran dilaksanakan secara klasikal, sampaikan meteri dengan metode ceramah, lelaborasikan secara maksimal peserta didik, dan konfirmasikan jalanya pembelajaran kepada peserta didik
B. Sasaran : Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, terlaksanaya moving pearson dalam kelas, terlakasanaya kejujuran diantara peserta didik, terciptanya kedisiplinan dalam pembelajaran, terciptanya suasana pergaulan yang harmonis dalam kelas
C. Prosedur sebagai berikut : 1) Seluruh peserta didik diberikan pembelajaran dengan metode ceramah maksimal 15’ tiap pertemuan, untuk tiap pertemuan @ 90’ 2) Peserta didik diberi contoh 1 atau 2 , 3) Temukan siswa yang telah menguasi atau belum menguasi pembelajaran ( keterangan pendidik) melalui konfirmasi, 4) Periksa jawaban peserta didik yang telah menguasai pembelajaran, 5) Ajak peserta didik untuk membantu peserta didik yang lainnya melalui kegiatan elaborasi dan elaborasikan peserta didik dengan peserta didik lainya, dengan caranya sendidri., 6) Beri kesempatan peserta didik untuk menjelaskan pengetahuan yang telah dikuasai kepada peserta lainya yang belum menguasai pembelajaran, 7) Konfirmasikan hasil pekerjaan peserta didik secara kelasikal jika sudah ≥ 98% peserta didik menguasai pembelajaran lanjutkan dengan materi berikutnya dan jika belum maka lakukan kegiatan elaborasi berikutnya. , 8) Berikan penghargaan pada semua peserta didik atas pelaksanaan pembelajaran
SIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan SATE MLE dalam KBM khususnya di SMA 2 Aikmel kelas XII IPA angkatn tahun 2010/2011 dapat meningkatkan rata-rata kegiatan elaborasi (13,5)%, kegiatan kejujuran dengan rata-rata (31,48)%, kegiatan kedisiplinan dapat meningkat dengan rata-rata (26,48)%, Penerapan SATE MLE dlam KBM khususnya di SMA 2 Aikmel kelas XII IPA angkatn tahun 2010/2011 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik (26,48)%
Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Guru mata pelajaran matematika hendaknya dapat menerapkan perangkat serta sekenario pembelajaran dalm penerapan metode SATE MLE yang diyakini dapat meningkatkan kompetensi diri dalam pengembangan karir , 2) SMA Negeri 2 Aikmel sebagai lembaga nstitusi pemerintah diharapkan metode ini perlu dikembangkan oleh guru lain sebagai alternatif dalam KBM demi terwujudnya mutu proses belajar mengajar yang berkarakter, 3) Lembaga Diknas Kabupaten Lombok Timur sebagai pihak yang berwenag dapat memperkenalkan metode ini kepada pihak lain di luar SMA Negeri 2 Aikmel. Hal ini penting untuk dilaksanakan dalam rangka mencari model pembelajaran yang tepat..
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah , 2006, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Pustaka imam Asy- Syafii, Jakarta
Akmaludin, 2010, Dinamika Kelompok Sebagai Alternatif Pembelajaran untuk meningkatkan Kemendirian, Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika Kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Aikmel, Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria Vol 4, Mataram
Akmaludin, 2010, Hubungan Ekspectancy, Valency dan Instrumental dengan Motivasi Kerja Guru SMP Kabupaten Lombok Timur th 2008, Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria Vol 2, Mataram
Bashori, C, 2000.Organisasi Pusat Sumber Belajar. Jakarta : Nasional ISBN Agency.
Hudoyo, 2000 , Metode Pembeljaran Matematika, Nasional ISBN Agency, Jakarta
Natta, Abuddin, 2003. Manajemen Pendidikan . Prenada Meida , Jakarta
Pidarta, Made, 2005. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cpta.
Resmini 2010, Peran keluarga Terhadap Pengarug Budaya Asing di SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lobar th 2008, Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria Vol 2, Mataram
Riyanto, Yatim., 2006, Belajar dan Pembelajaran , SIC, Surabaya
Suyanto, 2010, Model Pembelajaran SIMAK, LPMP, Mataram