Oeleh : Akmaludin M.Pd
Hingga saat ini, kita telah banyak mengenal banyak model tes hasil belajar belajar diaantaranya; tes pilihan ganda, essay, menjodohkan, benar salah dan lainnya, Tentu masing- masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bentuk pilihan ganda yang sekarang, mungkin menempati rangking pertama dari sistem evaluasi yang ada, lihat saja ketika pelaksanaan ujian bersama, ujian sekolah, ujian nasional, ujian masuk perguruan tinggi, ujian penerimaan PNS, ujian sertifikasi guru, dan lainnya.
Berbagai usaha penyempurnaan penggunaan soal pilihan ganda yang dilakukan oleh para pengguna utamanaya para pendidik, mulai dari tingkat sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Menurut para pakar pendikan mengakui bahwa test pilihan ganda, tak dapat dipungkiri bahwa test itu memiliki sejumlah kelebihan semisal; mencakup materi yang banyak, pensekorannya mudah, analisisnya mudah, pengoreksianya relatif mudah dan berbagai kemudah lainnya.
Namun jika ditelisik lebih mendalam bahwa dibalik kelebihannya menimbulkan banyak kekurangan semisal; mengundang tebak menebak jawaban, peserta dapat saling mencontek, siapa yang pandai berkedip mata dialah yang mendapat nilai bagus, tidak dapat mengukur kemampuan proses yang menandai kemampuan siswa dan lainnya, hal ini tentu mengundang kontroversi dan keperihatinan para pemerhati pendidikan. Bahkan mantan presiden indonesia ke tiga Prof. BJ Habibi pernah berujar " bahwa test dengan pilihan ganda tidak mengukur proses kognitif siswa". Karena itu penulis menawarkan sebuah model test pilihan ganda yang penilaiannya berbasis karakter.
Jika seorang siswa menjawab dengan benar, yaitu benar secara pilihan dan benar pula alasan maka sekornya 4. Hal ini dimaksudkan secara kompetensi seorang peserta didik tersebut telah menguasai apa yang di ujikan guru dan secara proses juga siswa tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya sehingga layak diberi sekor 4
Demikan pula jika sorang siswa hanya alasanya saja yang benar namum pilihannya salah atau tidak memilih maka sekornya 3, hal ini dimaksudkan bahwa secara kognetif telah menguasai komptensi yang diuji namun sikap ketitian dalam menyelsaikan suatu persoalan ikut menjadi pertimbangan hingga layak diberi sekor 3.
Selanjutnya seorang peserta didik jika secara kognetifnya tidak menguasai akasen tetapi jawabanya tepat diberi sekor 2, hal ini dimaksudkan sesungguhnya secara kognetif peserta didik tak mampu mencapai kompetensi tetapi mungkin saja faktor menebak jawaban atau mengandalkan teman dekatnya hingga pilihannya benar, hingga layak diberi sekor 2. Jadi seorang siswa yang hanya mmampu menjawab dengan melingkari atau menyilang jawaban benar, tetapi secara akademik tidak mampu tentu ini sebagi penutup kekurangan yang dimiliki oleh penilaian pilihan ganda pada umumnya yakni tidak mampu membedakan kemampuan seorang siswa mampu secara kognetif dengan mampu dengan hanya menebak jawaban atau yang lainnya.
Tetaji jika peserta didik secara kognetif dan peroses tidak mampu layak untuk diberi sekor 1dimaksudkan, memberi penghargaan atas ikut partisipasinya pada kegiatan ujian dan hanya orang yang tak mau menjawab yang tidak diberikan nilai 0.
Bagai mana teknik pensekoranya? . Prhitungan nilai dapat dilakukan dengan rumus
N = ( jumlah nilai yang diperoleh : sekor maksimal) x 100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar