Minggu, 19 Desember 2010

SATE MLE ( Multi Level Education) Suatu Pembelajaran Mendalam


   Oleh : Akmaludin S.Pd., M.Pd

Disajikan Pada:  Seminar Telaah Metode Pembelajaran Berkarakter di STMIK Syaikh Zainudin NW Anjani
( 05-12-2010)

Abstrak: Tulisan ini diilhami oleh  berbagi kesulitan  yang dialami guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pembelajaran model SATE MLE merupakan salah satu model pembelajaran  berkarakter  yang menekankan pada, learnig community,  kejujuran, disiplin, bekerjasama dan bekerja giat  serta menjunjung tinggi haka asasi peserta didik.
Kata kunci: Pembelajaran model SATE MLE

A.   Pendahuluan
         
  Sekolah sebagai suatu institusi lembaga pendidikan  di dalamnya banyak unsur-unsur yang telibat seperti: peserta didik, guru, lingkungan dan kurikulum Pidarte (2005 :30). Hal ini dapat diterima bahwa komponen-komponen itu  membentuk satu kesatuan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sistem yang senantiasa berlanjut secara  terus menerus. Sebagai suatu sistem dalam kegiatan pembelajaran, di dalamnya terintegrasi komponen peserta didik, pengajar, kurikulum dan metode pembelajaran, sarana dan prasarana, alokasi waktu, sumber-sumber pembelajaran dan lainnya. Keberhasilan untuk mewujudkan  tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif dari sub sistem tersebut. 

Di dunia internasional Pendidikan Nasional kita dipandang masih ketinggalan dan bila dibandingkan dengan negar lain bahkan menempati urutan ke 39 dari 41 negara yang disurvei oleh  lembaga internasional Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 (Suyanto, 2010: 17). Dilain pihak besarnya jumlah masyarakat yang masih buta huruf dan tidak menamatkan pendidikan dasar 9 tahun,  adalah pernyataan yang banyak dijumpai baik di media massa maupun seminar-seminar pendidikan. Prestasi belajar sekelompok peserta didik  di berbagai ajang lomba Internasional masih belum mampu mengangkat citra rendahnya kualitas pendidikan di tanah air, karena masih sedemikian besarnya jumlah peserta didik, jumlah sekolah, jumlah perguruan tinggi yang masih disebut berkualitas rendah, termasuk  pendidikan di NTB masih ketinggalan dengan daerah lain di wilayah  NKRI.

Dewasa ini mutu pendidikan Kabupaten Lombok Timur tertinggal dengan wilayah lain di Nusa Tenggara Barat ini (Yanis Maladi: Corong  Rakyat 2007). Salah satu penyebab adalah motivasi kerja guru rendah. Hal yang senada  pernah dilakukan riset tentang motivasi kerja guru di kabupaten Lombok Timur yang dilakukan oleh Akmaludin (2010: 46) yang dibiayai DIKTI  ditemukan bahwa motivasi kerja  guru masih rendah. Selanjutnya dikatakan setelah diteliti data komponennya, ternyata data instrumental nya rendah, sementara data ekspectacy dan valency nya cukup memadai itulah yang menyebabkan mengapa motivasi para guru itu rendah. 

 Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah  untuk meningkatkan motivasi kerja guru misalnya melaui pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, MGMP, lokakarya dan lainya  telah tertangani dengan baik sehingga kondisi pendidikan lebih baik dari sebelumya, namun  nampaknya masih terdengar keluhan dari berbagai pihak mengenai mutu pendidikan. Setidaknya keluhan itu mengenai banyaknya peserta yang tidak lulus, kecurangan pelaksanaan UN, dan hasil UN tidak dijadikan syarat cukup untuk masuk sekolah yang lebih tinggi, perkelahian antar pelajar, maraknya demo mengatasnamakan demokrasi, kekerasan yang dilakukan guru terhadap peserta didik, juga sebaliknya  adalah cerminan pendidikan yang perlu diperbaiki. 

Rendahnya mutu pendidikan bukan semata-mata disebabkan oleh kurangya penggunaan  teknologi yang digunakan di kelas, guru belum bersertifikasi, namun penggunaan metode yang tepat untuk karakter peserta didik yang dihadapi guru belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu perlu dicari strategi yang dapat mengangkat kualitas pendidikan kita secara Nasional.

Berdasarkan data di atas,  dipandang sangat penting untuk memperkenalkan metode SATE MLE  sebagai metode pembelajaran kekinian menuju pembelajaran berkarakter yang menekankan pada perbaikan proses hingga pembelajaran berkarakter terwujud.


B. Apakah Metode SATE MLE?
Dalam kegiatan pembelajaran pada prinsipnya guru dapat memilih, menentukan metode pembelajaran yang dinginkan hingga tercapai keriteria ketuntasan minimal yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dibenarkan oleh para ahli pendidikan yang menyatakan bahwa tidak ada satupun  metode yang diyakini paling baik diantara metode yang ada.  Hal ini diperkuat oleh pendapat   Riyanto ( 2006: 101) mengatakan bahwa  guru dapat memilih dan menentukan metode yang akan digunakan.
Pemilihan metode yang akan digunakan guru sangatlah tergantung dari kemampuan, latar belakang pendidikan, serta pengalaman yang dimilikinya. Pemilihan metode ini menurut Pidarta (2005 : 135)  hendaknya disesuaikan dengan  materi, tujuan dan ketersediaan sarana sekolah. Senada dengan itu  Hudoyo (2000; 75) dikatakan bahwa kehasan mata pelajaran turut mendukung pemilihan metode mengajar oleh guru. Hal ini dapat diterima bahwa dengan pemilihan metode yang tepat akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran tentunya terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik sehingga terwujud elaborasi yang tinggi dan berkualitas antara peserta didik dengan guru. Elaborasi adalah proses saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, tentu sangat diharapkan oleh duni pendidikan dewasa ini. Senada  dengan itu Bashor (2000: 98) mengatakan bahwa intraksi belajar mengajar disekolah, merupakan interaksi yang berencana dapat berlangung di dalam kelas, laboraturium, lapangan olah raga, di pentas kesenan dan lainya. Hal ini dapat diterima bahwa  peran peserta didik dan guru dalam membangun interaksinya  sangat ditentukan oleh pemilihan metode yang dipilih guru.
Tampaknya metode ceramah dalam pengajaran sangat dibutuhkan. Senada dengan itu Bashor dalam Akmaludin  ( 2010: 46) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, guru menceramahkan atau menyampaikan materi pembelajaran  sesuai dengan sistematika yang telah di susun  melalui pemberian contoh- contoh atau menerangkan dengan alat peraga. Selanjutnya dikatakan bahwa agar para peserta didik berperan aktif  kegiatan ceramah dapat diselingi dengan tanya jawab.
Metode mengajar dengan tanya jawab merupakan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik paling sederhana Bashor (2000: 110) hal ini dapat diterima bahwa penyajian metode ini melalaui serangkian pertanyaan yang telah disusun sebelumnya hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa bagus penerimaan peserta didik selama, sedang atau setelah pembelajaran berlangsung dan dari tanya jawab guru dapat memperjelas atau meluruskan (mengkonfirmasi) mengenai pembelajaran pokok bahasan tertentu.
Biasanya dalam tanya jawab terjadi dialog antara dua orang sementara untuk memaksimalkan penerapan metode tanya jawab, pertanyaan perlu ditujukan pada semua peserta didik  agar semua peserta didik dapat menanggapinya. Kegiatan semacam ini biasanya terjadi pada diskusi, hal ini senada dengan Yatim dalam Akmaludin (2010:  67) mengatakan bahwa dalam diskusi dialog akan terjadi antara semua orang atau beberapa orang peserta diskusi

 
Penerapan metode didkusi akan berjalan efektif bila peserta didik dibagai atas kelompok-kelopok  diskusi. Senada dengan itu  Bashor  (2000 : 113) mengatakan bahwa metode kelompok adalah metode mengajar  yang menekankan aktivitas belajar peserta didik dalam kelompok. Selanjutnya dikatakan bahwa bentuk aktivitas belajar yang dapat dikerjakan lewat metode kelompok adalah : diskusi, latihan, pemecahan soal, penyelesaian tugas dan lainya.
            Terkait dengan model pemblajaran SATE MLE  adalah  suatu model pembelajaran yang dilhami oleh  QS( al Al-Ashr, 103:  1- 3 )   yang artinya  ”Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.  Selanjutnya Abdullah ( 2006; 536) dijelaskan bahwa Allah memberikan pengecualian  dari kerugian itu bagi orang- orang yang beriman dan beramal shalih  melalui anggota tubuhnya serta mewujutkan suatu bentuk  ketaatan dan meninggalkan suatu yang diharamkan, juga bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada oarang-orang yang menengakkan amar makruf nahi mungkar
 
Hal ini dapat dipahami bahwa guru dan peserta didik diharapkan saling bahu membahu, senantiasa beramal saleh dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga tak seorangpun yang merugi atau dirugikan dalam kegiatan pembelajaran. Disaping itu dalam kegiatan teransfer pengetahuan antara yang mampu ( atau bisa kepada peserta didik yang kurang bisa hendaknya  didasari oleh  sifat sabar, kerja sama, saling menerima dalam hal kebaikan dan kebenaran)
Selain itu juga SATE MLE adalah model pembelajaran mendalam yang menekankan pada pembelajaran mastery learning hal ini tidaklah berlebihan bahwa selama penerapan pembelajaran model tersebut  setiap orang berkepentingan unruk meraih keberuntungan..  Metode SATE MLE adalah metode pembelajaran demokratis yang menggabungkan  metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan kelompok serta tutor sebaya dilaksanakan secara  bersamaan dalam kurun waktu pembelajaran tertentu. Metode ini dikemas sedemikian rupa sehingga  guru, peserta didik yang pandai, peserta didik cukup pandai dan peserta didik kurang pandai bekerja bersama- sama saling bahu membahu untuk menguasai pokok bahasan tertentu yang menekankan pada kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, bekerja giat dan menjunjung tinggi hak asasi peserta didik.
C.   Apakah Kelebihan Metode SATE MLE?
            Sekolah  hendaknya mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral peserta didik dan hendaknya diusahakan agar sekolah menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral peserta didik, disamping  tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan  dalam menjalankan pendididkan dengan sungguh-sungguh,  ikut mempengaruhi moral pesrta didik  dalam kehidupan masyarakat  Nata dalam Resmini ( 2010: 41)
            Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa  sekolah hendaknya dijadikan sebagai tempat  pematangan mental, moral juga tempat pemberian pengetahuan bagi peserta didik  yang menjai bekal hidupnya. Untuk itu setiap peserta didik sedini mungkin ditanamkan  kejujuran, kedisiplinan, tata pergaulan ( kerja sama), bekerja giat serta menghilangkan   adanya bulliying  diantara sesama  pesrta didik.
            Terkait dengan pembelajaran SATE MLE   setiap peserta didik dilatih dan diarahkan untuk memegang  prinsip tersebut di atas. Peseerta didik yang telah menguasai materi tertentu secara ikhlas dalam memberi bantuan pengetahuan kepada peserta didikyang belum mampu sehinga guru bukan satu-satunya sumber dalam  kegiatam pembelajaran, akan tetapi setiap orang berhak menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya. Tak dapat kita pugkiri bahwa  dalam setiap kegiatan pembelajaran masih dijumpai banyak peserta didik yang menyembunyikan pengetahuanya atau ada peserta didik yang tidak mau menularkan pegetahuannya kepada peserta didik lainya secara sukarela. Tetapi dalam penerapan metode SATE MLE ini sikap seperti itu  harus dihilangkan.
Selanjutnya tingkat kedisiplinan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran  menjadi perhatian pendidik. Sikap yang diperlihatkan peserta didik seperti: peserta didik yang tidur di saat guru sedang menyampaikan materi pembelajaran,  menciptakan suasana yang kurang menguntungkan di kelas,  pertanyaaan tak terarah dan lainnya teramat sering ditemukan. Tetapi dalam penerapan SATE MLE tersebut harus dihilangkan yang ada adalah masing- masing peserta didik menjaga kediplinan dalam kegiatan belajar sehingga budi luhur dari seorang peserta didik nampak dengan jelas
            Disamping itu interaksi sosial yang dibangun oleh peserta didik mencerminkan intraksi iducatif.  Dalam penerapan SATE MLE  tidak dibenarkan adanya bulliying  selama pembelajaran sehingga setiap peserta didik  merasa aman dari rasa malu, takut karena ketidak bisaan mereka, menghilangkan rasa bangga diri yang berlebihan sebagai akibat  peserta didik meras pintar bila dibandingkan dengan lainnya.
Selain itu kerja keras dan kerja giat yang dipertontonkan peserta didik juga perlu ditingkatkan sehingga mutu proses pembelajaran dapat dideteksi. Jika dalam penerapan metode lain  tak dapat dipungkiri bahwa masih ada  sebagian peserta didik yang hanya ketua kelompok saja yang aktif sementara yang yang lainya menungu jawaban. Tetapi dalam penerapan metode SATE MLE  didak dibenarkan demikian yang ada adalah setiap peserta didik disibukkan dengan  mencari penyelesaian  dari persoalan yang dihadapi  sehingga  materi benar- banar dikuasai  peserta didik dan mastery learning terwujud. Dengan demikian hak-hak asasi dari peserta didik terpenuhi


Daftar Pustaka
Abdullah , 2006, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Pustaka imam Asy- Syafii, Jakarta
Akmaludin, 2010, Dinamika Kelompok Sebagai Alternatif Pembelajaran untuk meningkatkan Kemendirian, Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika Kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Aikmel,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 4, Mataram
Akmaludin, 2010, Hubungan Ekspectancy, Valency dan Instrumental dengan Motivasi Kerja Guru SMP Kabupaten Lombok Timur th 2008,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 2, Mataram
Bashori, C, 2000.Organisasi Pusat Sumber Belajar. Jakarta : Nasional ISBN Agency.
Hudoyo, 2000 , Metode  Pembeljaran Matematika, Nasional ISBN Agency, Jakarta
Natta, Abuddin, 2003. Manajemen  Pendidikan . Prenada Meida , Jakarta
Pidarta, Made, 2005. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cpta.
Resmini 2010, Peran keluarga Terhadap Pengarug Budaya Asing di SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar Kabupaten  Lobar th 2008,  Jurnal Media Bina Ilmiah Bina Patria  Vol 2, Mataram
Riyanto, Yatim., 2006, Belajar dan Pembelajaran , SIC, Surabaya
Suyanto, 2010, Model Pembelajaran SIMAK, LPMP, Mataram



Data Diri Pembicara

Akmaludin S.Pd.,M.Pd lahir tanggal 31 Desember 1966 di Renga Mamben Daya , Kecamatan wanasaba . Guru Pembina  IV/ a Pada  SMA Negeri 2 Aikmel dan Dosen Tetap pada STMIK SZ NW Anjani Lombok Timur. Lulus Pendidikan Matematika D3 Universitas Mataram tahun 1989. Lulus Sarjana Pendidikan Matematika tahun 1996 di Universitas Terbuka Jakarta. Selanjutnya Lulus Magister Pendidikan tahun 2006 di Universitas  Negeri Surabaya jurusan Manajemen Pendidikan. Selain itu mengajar mata kuliah Statistik, Kalkulus, Matematika Diskrit dan Metodologi Penelitian di STMIK SZ NW Anjani juga aktif menulis diberbagi jurnal Nasional terakrditasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar