HUBUNGAN EXPECTANCY, INSTRUMENTAL DAN VALENCY
DENGAN MOTIVASI KERJA GURU SMP DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Akmaludin S.Pd,M.Pd*
ABSTRACT : The objective of the research is to study the correlation between the Expectancy, Valency, Instrumental among teacher work motivation.The results of the research was conducted in 8 scondary scools in Lombak Timur involving 125 techers as samples taken randomly. Data analisis using corelation and regression technique, revealed that the is a positive correlation betwin the expectancy, valency and instrumental among teacher work motivation With regression Ŷ = 15.975 + .0222 X1 + .194 X 2 + .026 X3 and correlation between the expectancy among teacher work motivation With b =.0222, Valency among teacher work motivation With b =.194, Instrumental among teacher work motivation With b =.026 for signifikancy p = .01
ABSTRAK :Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Expectancy ,Valency, Instrumental dengan motivasi kerja Guru . Penelitian dilakukan pada 8 sekolah yang terletak di Lombok Timur dengan melibatkan 125 orang responden yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, sementara analsis dilakukan dengan menggunakan regresi dan korelasi. Terdapat hubungan positif antara expectancy, valency, instrumental dengan motivasi kerja guru dengan koefisien korelasi =0,49 dengan persamaan Ŷ = 15,975 + 0,222 X1 + 0,194 X 2 + 0,26 X3 sedangkan besarnya hubungan antara expectancy dengan motivasi kerja guru dengan b= 0,222, Valency dengan motivasi kerja guru dengan b= 0,194, Instrumental dengan motivasi kerja guru dengan b = 0,26 pada taraf signifikan p = 0,01
Kata Kunci: Motivasi, Ekpectancy, Valency dan Instrumental
Organisasi sekolah sebagai suatu institusi lembaga pendidikan didalamnya banyak unsur-unsur yang telibat seperti: siswa, guru, lingkungan dan kurikulum. Komponen-komponen itu akan membentuk satu kesatuan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sistem dalam garis besarnya terdiri dari subsistem tujuan, manajemen, prosesing, peserta didik, dan lingkungan Pidarta (1997). Kesemua subsistem tersebut diatas terdapat sejumlah proses yang terus menerus yang senantiasa membutuhkan dorongan (motivasi) dan semangat untuk bekerja, baik dari luar maupun yang berasal dari diri individu yang tersebut, untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.
Istilah motivasi berasal dari kata latin yaitu movere Winardi ( 2005) yang bernilai sama dengan bahasa Inggeris to move dan berarti mendorong atau menggerakkan, akan tetapi terkait dengan manajemen penerjemahan itu belum begitu pas Siagian ( 2005), karena pengertian motivasi dalam ilmu manajemen tidaklah sederhana.
Rumusan motivasi yang banyak mengkaji tentang hal-hal yang terkait dengan prilaku dirumuskan oleh Callahan and Clark (dalam Mulyasa 2005) mengatakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Oleh karena itu motivasi merupakan semua kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat memberi daya, memberi arah, dan memelihara tingkah laku.
Hal yang senada disampaikan oleh Mitchell (dalam Winardi 2007) mengatakan Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Rumusan itu mengisyaratkan kepada para manajer dalam hal ini kepala sekolah perlu memahami poses psiklogikal itu apabila mereka berkeinginan membina para guru secara berhasil, tentunya dalam upaya pencapaian tujuan organisasi sekolah.
Selain itu Gray et al (dalam Winardi 2007) menyatakan motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Sementara para akhli psikologi telah mencoba memberikan difinisi. Istilah motivasi tertuju kepada semua gejala yang terkandung dalam segala stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu yang pada mulanya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut Hamalik (2005).
Menurut C.Ralph, Devis (1998) mendifinisikan motivasi Motivation is a energy change within the person characterized by afective arousal and anticipatory goal reaction .Motivasi adalah suatu perubahan energi yang terjadi didalam diri pribadi seseorang yang ditandai adanya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari rumusan itu akan dapat ditemukan bahwa motivasi bermula dari adanya perubahan energi yang terjadi pada diri individu. Sementara perubahan perubahan energi itu berlangsung didalam sistem psikologis setiap individu. Motivasi dapat ditandai dengan timbulnya perasaan yang bermula dari ketegangan psikologis yang merupakan suasana emosi. Sementara suasana emosi itu akan menimbulkan kelakuan yang bermotif. Di samping itu motivasi juga ditandai adanya reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Setiap orang yang bermotivasi akan senantiasa menunjukkan respon-respon tertentu yang tertuju kearah satu tujuan. Setiap orang yang akan melakukan sesuatu pada dasarnya didorong oleh suatu motivasi tertentu.
Motivasi menurut Handoko (2007) adalah alasan-alasan, dorongan-dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Selanjutnya dikatakan motivasi merupakan keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu. Motivasi akan berkaitan pula dengan alasan-alasan seseorang untuk melakukan sesuatu, disamping itu pula adanya dorongan kekuatan yang potensial yang dimiliki individu dan dikelola secara sengaja untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi juga dipandang sebagai tenaga penggerak yang bersumber dari diri individu yang senantiasa diarahkan untuk mencapai satu tujuan. Rumusan itu memberikan gambaran bahwa motivasi mengandung segala gejala yang ditimbulkan akibat adanya interaksi yang terjadi antar individu maupun kelompok, yang terdapat pada stimulasi atau rangsangan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan tertentu. Selama proses stimulasi terdapat intraksi-interaksi tertentu yang dialami oleh seseorang dalam situasi tertentu. Oleh karena itu dalam memotivasi kerja para guru hendaknya para kepala sekolah senantiasa memahami proses psikologikal seperti: keinginan ,kemauwan dan harapan (expectancy ) yang mengarah kapada peningkatan motivasi kerja para bawahannya.
Hoy (dalam Pidarta 2006) mendifinisikan motivasi sebagai dorongan, kebutuhan, dan ketegangan yang kompleks, atau mekanisme psikis internal yang lain yang memulai dan mempertahankan aktivitas kearah pencapaian tujuan individu. Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi itu merupakan tenaga penggerak untuk membangkitkan prilaku seseorang.
Dari rumusan-rumusan itu dapat dipahami bahwa motivasi merupakan proses psikologis, sehingga timbul suatu persistensi tertentu sedemikian rupa sehingga persistensi seseorang mau dengan suka rela untuk mengerahkan kemampuan, untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka pemenuhan kabutuhan.
Motivasi kerja guru pada intinya mempersoalkan bagaimana caranya mendorong timbulnya kegairahan kerja para guru, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan kemampuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kepala sekolah bukanhanya mengharafkan guru dan tenaga kependidikan lainnya yang mampu-mampu saja atau yang pintar-pintar saja, tetapi yang lebih penting adalah para guru dan tenaga kependidikan yang lain mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan tidaklah begitu berarti apabila para karyawan dan guru tidak mau bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh.
Siagian (2005) mengatakan bahwa motivasi kerja merupakan akibat dari intraksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapainya Sementara Robbin (1999) mengatakan bahwa motivasi kerja adalah kerelaan untuk melakukan usaha tertinggi guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dari rumusan diatas dapat dipahami bahwa sangatlah mungkin terdapat adanya perbedaan dalam kekuatan motivasi kerja yang akan ditunjukkan oleh setiap individu dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu jika dibandingkan dengan orang lain dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sama. Bahkan akan dapat dikatakan bahwa tingkat motivasi kerja seseorang akan senantiasa berbeda yang ditunjukkan seseorang pada waktu yang berlainan.
Rumusan yang dilontarkan oleh Robbins tersebut sebenarnya cendrung mengarah kepada motivasi kerja, sebab telah diarahkan kepencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya pemberian motivasi kerja akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan itu terdapat sebuah keyakinan bahwa dengan tercapanya tujuan organisasi maka tujuan pribadipun akan ikut pula tercapai. Dapat dimengerti bahwa faktor pendorong utama seseorang untuk memasuki suatu organisasi adalah adanya persepsi dan harapan bahwa dengan memasuki organisasi tertentu berbagai kepentingan pribadinya akan terpenuhi.
Hal yang senada disampaikan oleh Schermerhon berkaitan dengan motivasi kerja (dalam Winardi 2005) mengatakan motivasi kerja merupakan istilah yang digunakan dalam bidang prilaku keorganisasian, guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri individu, yang menjadi penyebab timbulnya tigkat, arah, dan persistensi yang dilaksakan dalam hal bekerja. Dengan kata lain bahwa motivasi kerja berkaitan lansung dengan upaya kerja yang secara bersamaan dengan sifat individual dan bantuan organisasi, dapat memprediksi kinerja Winardi (2005).
Banyak hal yang dapat diperhitungkan apabila seseorang akan memberikan motivasi kerja, hal yang terkait dengan motivasi kerja instrinsik yaitu : kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan, dan kepuasan kerja Natta Abuddin (2003). Sedangkan motivasi kerja ekstrinsik berkaitan dengan: lingkungan kerja yang menyenangkan, insentif yang memadai, supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status,tanggung jawab serta peraturan yang berlaku. Kunci keberhasilan seorang manajer dalam menggerakkan para bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor–faktor motivasi kerja instinsik dan ekstrinsik tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif Wursanto (2005)
Dari semua rumusan motivasi kerja yang dikemukakan oleh para ahli motivasi kerja guru pada intinya mempersoalkan bagaimana caranya mendorong timbulnya kegairahan kerja para guru, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan kemampuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku individu tidaklah berdiri sendiri-sendiri namun selalu dibarengi oleh hal-hal yang mendorongya untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan dan faktor pendorongya mungkin saja berasal dari dalam individu dan atau dari luar. Faktor pendorong itu akan menimbulkan kekuatan pada diri individu untuk melakukan kegiatan tertentu.
Faktor pendorong kerja dari luar ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh sebagian dari para guru, guna memotivasi dirinya demi mencapai tujuan yang telah ditentukan Faktor-faktor yang akan diperhitungkan dalam motivasi kerja para guru kiranya akan dapat meningkatkan motivasi kerjanya adalah exspectancy, valency dan instrumental. Hal ini dipandang sangat penting sebab, exspectancy, valency dan instrumental merupakan faktor yang dapat mencerminkan sikap dan karakter para guru dalam melaksanakan tugasnya. Faktor-faktor tersebut di atas hendaknya senantiasa diinternalisasi oleh para guru, agar mereka lebih berhasil dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya.
Melihat kondisi di atas perlu diupayakan adanya penelitian tentang motivasi kerja guru terutama yang terkait dengan expectancy, valency dan instrumental terutama dalam menghadapi era desentralisiasi pendidikan yang sedang digalakkan.
Expectancy adalah harapan seseorang untuk menghasilkan suatu karya pada waktu tertentu yang mempunyai kekuatan sebuah tendensi untuk bertindak, dengan cara tertentu serta dapat mempengaruhi motivasi kerja berupa ; harga diri, keberhasilan sebelumnya waktu melakukan tugas, informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan bawahan, peralatan yang baik untuk bekerja, kepemimpinan yang baik, perlakuan yang adil, jaminan dan keamanan kerja, perasaan tenang waktu bekerja, rasa ikut memiliki, sifa kepemimpinan, pemberian penghargaan
Valency adalah tingkat penilaian akan kekuatan efek penyelesaian tugas tertentu oleh seseorang terhadap pemuasan kebutuhan yang tidak diperoleh sebelumnya berupa gaji yang diperoleh, mendapatkan berbagai tujangan, mendapatkan berbagai penghargaan, kesempatan untuk mendapatkan untuk mengembangkan bakat tertentu yang dimiliki, mendapatkan berbagai jenis bonus, mendapatkan kesempatan untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan pemimpin dan anggota masyarakat, promosi jabatan, pembinaan karir, penghargaan atas perestasi yang pernah diraih, mendapatkan kesempatan untuk menperoleh berbagai insentif .
Instrumental adalah tingkat keyakinan seseorang tentang peluang-peluang untuk mencapai hasil apabila ia melaksanakan tugasnya dengan baik berupa: kesempatan untuk menguaai media, menguasai berbagai peraturan, mengembangkan kemampuan, memahami lingkungan kerja, memiliki kemauan,memiliki kejujuran, berpenampilan yang baik,menguasai instruksi, memilki inisiatif, kehati hatian dalam bekerja, kesadaran melaksanakan tugas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Hubungan antara expectancy dengan motivasi kerja guru SMPN, Hubungan antara Valency dengan motivasi kerja guru SMP/MTS, Hubungan antara Instrumental dengan motivasi kerja guru SMP/MTS, Hubungan expectancy, valency dan instrumental secara bersama-sama dengan motivasi kerja guru SMPN di KAB Lombok Timur. Penelitian dilakukan selama 6 bulan pada 52 sekolah yang terletak di Lombok Timur dengan melibatkan 125 orang responden yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, sementara analsis dilakukan dengan menggunakan regresi dan korelasi.
Data tentang motivasi kerja guru meliputi ekpectancy (tingkat harapan), valency ( tingkat ketertarikan ) dan Instrumental ( tingkat keyainan) yang dikumpulkan melalui kuesioner. Agar penelitian ini berjalan dengan terarah maka telah disusun rancangan penelitian seperti gambar 1.
Gambar 1-1: Model Hubungan Antara Variabel
X2 = instrumental ( variabel bebas )
X3 = valency ( variabel bebas) dan
Y = Motivasi Kerja ( variabel terikat)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan akan disajikan secara berturut-turut deskripsi tentang, Expectancy, valency, Instrumental dan motivasi kerja
Tabel 1: Tabel Distribusi Fekuensi expectancy
Interval
|
Frekuensi(f)
|
f. komulatif
|
f,relatif (%)
| |
29 - 38
39 - 48
49 - 58
59 - 68
69 - 78
79 - 88
89 - 98
|
33,5
43,5
53,5
63,5
73,5
83.5
93,5
|
9
12
11
40
20
25
8
|
9
21
32
72
92
117
125
|
7,20
9,60
8,80
32,00
16,00
20,00
6,40
|
Tabel 2 : Daftar distribusi Frekuensi Data Valency
Interval
|
Fekuensi(f)
|
f. relatif (%)
|
f.komulatif
| |
27 - 33
34 - 40
41 - 47
48 - 54
55 - 61
62 - 68
69 - 75
|
30
37
44
51
58
65
72
|
5
15
24
29
32
12
8
|
4,00
12,00
19,20
23,20
25,60
9,60
6,40
|
5
20
44
73
105
117
125
|
Tabel 3 : Daftar distribusi Frekuensi Data Instrumental
Interval
|
frekuensi(f)
|
f. relatif (%)
|
F kum
| |
17 - 21
22 - 26
27 - 31
32 - 36
37 - 41
42 - 46
47 - 51
|
19
24
29
34
39
44
49
|
3
14
19
28
33
19
9
|
2,40
11,20
15,20
22,4
26,40
15,20
7,20
|
3
17
36
64
97
116
125
|
Tabel 13 : Daftar distribusi Frekuensi Data Motivasi Kerja Guru
Interval
|
Fekuensi(f)
|
f. relative (%)
|
f.komulatif
| |
16 - 20
21 - 25
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
46 - 50
|
18
23
28
33
38
43
48
|
12
14
27
42
18
10
2
|
9,60
11,20
21,60
33,60
14,40
8,00
1,60
|
12
26
53
95
113
123
125
|
Bila Jumlah interval dalam tabel-tabel diatas dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu dua kelompok interval pertama ditafsirkan menjadi kelompok interval terendah, tiga interval berikutnya ditafsirkan sebagai kelompok interval sedang/ cukup baik dan dua interval terakhir sebagai kelompok interval tertinggi, maka dari 125 responden itu, ada (16,80 %) , (16,00%), (13,60%) dan (20,8%) merupakan responden yang mempunyai expectancy, valency , instrumental dan motivasi kerja dikategorikan rendah, sedangkan (56,8%), (68,00%), 64,00% dan (69,40%) mempunyai expectancy, valency ,instrumental dan motivasi kerja dikategori sedang sementara (26,40%) , (16,00%), (22,40%) dan (9,6%)mempunyi expectancy valency , instrumental dan motivasi kerja dikategori tinggi
Tabel 14: Uji Signifkansi Koefisien Korelasi Atas Expectancy (X1), Valency (X2), Instrumental (X3) dengan Y
dk
|
Koefisien korelasi
|
t- hitung
|
t-tabel
|
1%
| |||
123
|
Ry123 = 0,116
|
5,289
|
4,41
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa harga t- hitung > t- tabel dengan taraf signifikansi 1 %, t tabel (4,41) sementara t hitung adalah (5,289) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara expectancy (X1), Valency (X2), Instrumental (X3 ) dengan motivasi kerja guru ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara ekpektancy (X1), Valency (X2), Instrumental (X3 ) dengan motivasi kerja guru
Selanjutnya dari koefisien korelasi tersebut dihitung koefisien determinasi R 2y123 sebesar ()= 0,1345 ini berarti bahwa 13,45 % Variansi motivasi Kerja guru pada SMP N/MTs kecamatan Wanasaba Tahun 2006 dapat di jelaskan oleh oleh expectancy (X1), Valency (X2), Instrumental (X
Tabel : Uji signifikansi Persamaan
Y = 15,975 + 0,026 X1 + 0,194 X2 + 0,222 X3
ANOVA(b)
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
| |
1
|
Regression
|
471.048
|
1
|
471.048
|
7.076
|
.009(a)
|
Residual |
8187.752
|
123
|
66.567
| |||
Total |
8658.800
|
124
| ||||
a Predictors: (Constant), X3
b Dependent Variable: Y
|
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diperoleh bahwa F hitung adalah 7,076 dengan metode pengambilan pengambilan keputusan bila F hitung > F tabel maka persamaan linier signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa persamaan regsesi Y = 15,975 + 0,026 X1 + 0,194 X2 + 0,222 X3
Berdasarkan hasil itu pula, persamaan Y = 15,975 + 0,026 X1 + 0,194 X2 + 0,222 X3 dapat pula diinterpretasikan bahwa apabila ekpektancy (X1) Valency(X2), Instrumental (X3) dan motivasi kerja (Y) diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setaiap kenaikan skor pada expectancy, ( X1), Valency (X2) ,Instrumental (X3) sebesar satu unit akan diikuti oleh kenaikan sekor motivasi kerja guru ( Y) sebesar (0,44) unit pada arah yang sama (positif) dengan intercept sebesar 15,975 .
Dari hasil analisis setatistik diperoleh koefisien korelasi ganda = 0,116 dan harga tersebut signifikansi pada taraf 1% adalah 3,20 Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Ekpektancy ( X1), Valency (X2) dan Instrumental (X3) secara bersama-sama dengan motivasi kerja guru (Y) pada SMPN. Hal ini mengandung makna bahwa 0,116 Variansi motivasi kerja guru SMP Negeri dijelaskan dari expectancy, Valency dan Instrumental secara bersama-sama
DISKUSI HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian Pidarta tahun 1988 di Surabaya untuk Perguruan Tinggi ditumukan bahwa motivasi para guru rendah, setelah diteliti data komponennya, ternyata data Valencynya sangat rendah, sementara data expectancy dan Instrumental cukup memadai itulah yang menyebabkan mengapa motivasi kerja guru itu rendah. Untuk kepentingan itu dipandang perlu mencari terobosan baru pada dunia pendidikan, guna meningkatkan komponen Valency para guru.
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti mengembangkan instrumen expectancy,valency dan instrumental dan motivasi kerja yang menuntut guru terlibat aktif dalam penjaringan data penelitian diperoleh bahwa makin tinggi expectancy makin tinggi pula motivasi kerja guru pada sekolah menengah tingkat pertama. Hasil analisis menunjukkan bahwa expectancy,valency dan instrumental guru guru merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap motivasi kerja guru pada SMPN di Kabupaten Lombok Timur. Dari hasil penelitian ini dapat pula diinterpretasikan bahwa upaya untuk meningkatkan expectancy , valency dan instrumental guru kearah yang lebih besar akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap motivasi kerja guru SMP/MTs
Berdasarkan teori Harapan dan analisis serta hasil peneltian disimpulkan bahwa bahwa “motivasi kerja guru di SMP/MTs masih rendah” disebabkan (1) Data expectancynya menunjukkan adanya korelasi product moment dari Person yang rendah yakni ry1 = 0,019 (2) Data Instrumentalnya juga rendah ditandai dengan korelasi product moment dari person ry3 = 0,054 (3) Sementara data valencynya menunjukkan korelasi yang rendah pula ditandai dengan korelasi Product moment dari Person ry2 = 0,077.
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini, maka motivasi kerja guru dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatatan Expectancy, valency dan Instrumental guru .
SIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian dan analisis diatas ditemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara expectancy (X1), valency (X2) dan Insrtumental (X3) dengan motivasi kerja guru (Y). Bentuk hubungan ke-empatnya dinyatakan dengan persamaan Y = 15,975 + 0,026 X1 + 0,194 X2 + 0,222 X3 . Adapun besarnya kontribusi variabel bebas dalam penelitian ini ditemukan, kontribusi variabel bebas yang paling banyak teradap motivasi kerja adalah variabel Valency (X2) sebesar 0,2,90 % diikuti oleh Varabel Instrumental sebesar 13,45% sedangkan kontribusi Variabel terendah adalah variabel Expectancy sebesar 0,36 %
Berdasarkan uraian simpulan penelitian diatas beberapa saran disampaikan berikut ini guna penelitian lanjutan (1) Perlu upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru dengan memperhatikan asfek-asfek expectancy, valency dan instrumental guru,sebagai salah satu acuan untuk memotivasi mereka sehingga produktifitas kerja mereka menjadi optimal. (2) Sebagai seorang guru senantiasa mengedepankan sikap profeionalisme karena merakalah ujung tombak keberhasilan pendidikan dalam bingkai pendidikan formal. (3) Hasil penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan penelitian lain yang melibatkan variabel dan sampel yang lebih banyak
DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, 2005. Psikologi Umum Pendidikan. Bandung :Rosda Karya.
Handoko, T, 2007. Manajemen . Yogyakarta :BPFE.
Mulyasa , 2005.Menjadi Kepala Sekolah Profsional . Bandung :Rosda Karya.
Natta, Abuddin, 2003. Manajemen Pendidikan . Jakarta : Prenada Meida .
Pidarta, Made , 2006. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidkan. Jakarta :Bumi Aksara.
Ralph, Devis, C, 1998 , The Pundamental of Top Management. New York : Harper & Bross.
Robbins, P, 1999. The Executive at Work, Cambridge Massachussets: Harvard University Press.
Siagian, sondang, P , 2005. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Winardi, J, 2005. Motivasi dan Pemotivasian dalam manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Winardi , 2007. Manajemen Prilaku Organisasi . Jakarta :Kencana.
Wursanto, 2005. Pemotivasian dalam Bidang Manajemen.Jakarta: Raja Wali Press.
pakkk npa semua materinya selalu postingan aja,,
BalasHapusnpa tidak dilink aja , , gar cepat didownload materinya, ,lebih praktis,, , gttttt
thanks munya