Minggu, 11 Desember 2011

Dokter dan Prawat ada di Kelas

 Oleh: Akmaludin M.Pd

Meminjam istilah " Mensana Engkor Presana",  lebih diartikan sebagai di dalam  badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat, begitulah pepatah yang sering terucap. Namun  kenyataanya tidaklah selamanya pepatah ini menunjukkan kebenaran.

Dalam dunia pendidikan sekarang ini umpamanya, berbagai penyakit yang sedang dialami peserta didik, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa semakin hari peserta didik menunjukkan angka kesehatan meningkat, hal ini dikatakan oleh mereka yang berkecimpung di dunia kesehatan. Bahkan pemerintah   NTB saat ini misalnya mencanangkan gerakan angka kemiskinan nol, angka kematian nol dan angka drop out nol dan lainnya, hal ini menunjukkan betapa angka kesehatan telah menjadi perioritas para pengambil kebijakan.

Program   semacam itu sepertinya  menjadi bagian dari pembenaran mensana engkor presana, untuk pendidikan, dengan mudahnya dijumpai  dalam kelas sejumlahk peserta didik kita yang bertubuh kekar, berbadan tegap, berparas gagah, tampan, cantik, molek, ayu dan  peredikat lainnya yang serupa. Tetapi  ada hal yang  kelihatannya terabaikan oleh penelisikan kita, mengenai penyakit yang  sedang menghantui peserta didik hampir di setiap sekolah di tanah air tercinta. .Penyaki yang dimaksud yaitu kurangnya rasa percaya diri dari peserta didik, yang setidaknya pengingkaran dari pepatah tersebut di atas.

Jika rasa percaya diri  dari setiap peserta didik tidak tertanam dengan kuat, akan berimbas pada perilaku, yang kurang  pas untuk dunia pendidikan  seperti: perilaku mencontek, saling memberi jawaban ketika ujian, saling memberi jawaban lewat sms, jawaban sudah benar tetapi dihapus, keraguan yang berlebihan atas ketidak mampuan menjawab soal, ketakutan yang tak beralasan atas ketidaklulusan dan lainya. Penyakit besar ini menjadi  menjadi  tugas pendidik tangani di zaman ini. Tentu tugas ini sangatlah berat dan memerlukan keteladanan juga karakter yang kuat dari seorang pendidik. Obat dari penyakit pendidikan di zaman sekarang ini tentu tak ada di toko obat,  tidak juga dapat diobati  oleh dokter peraktek maupun dokter spesiali, para petugas rumah sakit, petugas puskesmas, para dukun,  peramal  atupun paranormal tetapi obatnya ini ada di tangan para pendidik yang bijaksana.

Kini  resepnya sedang ditawarkan oleh menteri Pendidikan yang disebut dengan pendidikan berkarakter , sepertinya ada 18 nilai karakter yang ditawarkan sebagi suplemennya. Namun dalam dunia pendidikan Islam yang delapan belas itu terangkum menjadi empat yaiu: siddiq, amanah, tabliq, fathonah.  Meskipun mendikbut telah mencanagkan pendidikan berkarakter, tetapi masih banyak  pendidik yang merasa kesulitan untuk mencari model pembelajaran untuk mengobati penyakit yang saya sebutkan di atas.

Untuk kepentingan itu penulis menawarkan sebuah model Pembelajaran yang disebut SATE MLE  ( Multi Level Education).   Ikuti publikasi selanjutnya  kotak hitam pendidikan








Tidak ada komentar:

Posting Komentar